Selasa, 06 November 2012

Bentuklahan Asal Proses Denudasional


Proses denudasional dimaksudkan adalah  besarnya material permukaan bumi yang telepas dan terangkut oleh berbagai tenaga geomorfologi persatuan luas dalam waktu tertentu. proses-proses tersebut dapat berupa erosi dan gerakan massa batuan. Berdasarkan  daerah yang ditinggalkan oleh material tersebut maupun daerah deposisi material akibat gravitasi dikenal sebagai penomena permukaan bumi yang terdenudasi serta  bentukanlahannya dikelomlompokan dalam bentukan asal denudasional.
Kajian proses denudasional, tidak terlepas dari pembicaraan mengenai proses-proses pelapukan (weathering), erosi dan gerak masa batuan (mass movement), serta proses pengendapan (sedimentation). Pelapukan merupakan kerjasama semua proses pada batuan baik secara mekanik maupun kimia yang mengakibatkan sebagian dari batuan tersebut menjadi pragmen-pragmen batuan yang lebih kecil (Strahler, 1968)
. Akibat tenaga gravitasi yang berkerja pada pragmen batuan hasil pelapukan tersebut terjadilah suatu gerak masa batuan yang dapat berupa jatuh bebas (fall), longsoran (slide), mengelinding (roll), rayapan (creep) aliran (flow) dari pragmen batuan tersebut menuruni lereng yang kemudian terendapkan pada suatu yang lebih rendah.
Daerah yang ditinggalkan akan membentuk suatu  fenomena dengan topografi yang berelief kasar akibat terbentuknya lembah-lembah yang dalam. Material endapan akibat proses gravitasi terhadap pragmen-pragmen batuan yang heterogen sering disebut  koluvium (colluvium). Kerjasama proses-proses tersebut di atas inilah yang membentuk suatu bentuklahan asal proses denudasional.

Umumnya bentuk lahan ini terdapat pada daerah dengan topografi perbukitan atau gunung dengan batuan yang lunak (akibat proses pelapikan) dan beriklim basah, sehingga bentuk strukturnya tidak nampak lagikarena adanya gerakan massa batuan. Pembagian bentuk lahan denudasional dapat dilakukan dengan lebih rinci dengan mempertimbangkan : batuan, proses gerak massa yang terjadi dan morfometri.
Berbicara tentang pelapukan maka yang di maksud dengan pelapukan adalah pecahnya batuan baik secara desintegrasi (fisik) maupun dekomposisi (kimia). Pada proses pelapukan ini belum terjadi adanya perpindahan partikel batuan ke temat lain. Terjadinya pelapukan tersebut maka hal ini merupakan awal terjadinya evolusi bentuk lahan khususnya dimulai dari bentuk lereng yang membatasi bentuk lahan tersebut. Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor utama yaitu (a) bentuk asal dari lereng utama (b). karakteristik internal lerang utama dan (c). seluruh karakteristik lereng utama (karakteristik internal dan exsternal). Ada dua macam pendapat perkembangan lereng yang merupakan awal berkembangnya bentuk lahan bentukan denudasional, yaitu dikemukakan oleh W. PENCK dan M.W. DAVIS.  Kedua pakar geomorfologi tersebut mempunyai konsep evolusi lereng yang berbeda satu dengan lainnya.
W. PENCK menganggap bahwa perkembangan bentuk lahan ditandai dengan adanya proses evolusi lereng dari tipe “Main Slope Retreat’sehingga dalam perkembangannya kereng selalu mundur dengan besar lereng dan bentuk lereng yang tetap dan dengan hasil akhir berupa bentuk sisa yang meruncing (Misal INSELBERG). Akan tetapi pendapat m.w davis evolusi lereng terjadi secara “Main Slope Decline”, yakni titik perkembangan lereng tetap, lereng lama kelamaan menjadi kecil dan memanjang serta bentuk lereng berubah menjadi lebih panjang dan cembung. Dengan demikian maka hasil akhir yang terjadi mempunyai bentuk berupa bukit rendah dengan puncak membulat, dan biasanya membentuk suatu ”Naris Dataran (peneplain).
Didalam evolusi bentanglahan menghasilkan bentuk lahan denudasional M.W Davis mengemukakan adanya 3 faktoryang mempengaruhi bentuk lahan : (a). struktur geologi, (b). proses geomorfologi dan (c). stadia (waktu/umur) dengan adanya faktor tersebut maka dalam evolusinya, bentuk lahan melewati beberapa stadium : (a).  Stadium Muda, lahar masih tinggi banyak dijumpai permukaan asli, lembah dengan dinding terjal, proses evolusi yang dominan adalah erosi vertikal. (b). Stadium Dewasa, lahan mulai rendah, lembah melebar dan terjal, interfluve membulat/ meruncing dan sempit disini terjadi”RELIEF MAKSIMUM’  yakni ketika lembah masih mempunyai pucak dengan interfluve yang sempit, dan hanya tinggal sedikit tinggal permukaan asli yang tidak tererosi. Pada stadium ini proses erosi yang terjadi adalah erosi vertikal dan erosi latern. (c). Stadium Tua, permukaan lahan menjadi rendah, dengan kemiringan kereng landai hingga datar, sungai milai meander dan mengalir memotng dataran banjir dan membentuk tanngul-tanngul sungai rendah, erosi dan sedimentasi dalam keadaan seimbang (equilibrium).
Menurut M.W Davis evolusi bentang lahan tersebut diawali dengan pengangkatan, kemudian erosi, transportasi, kemudian mencapai base level sehingga erosi terhenti dan membentuk bentuklahan nyaris dataran (peneplain). Bentuklahan denudasional secara genesisnya terjadi  akibat proses denudasi yang diciran adanya gerak massa (mass movement) yaitu proses bergeraknya puing-puing batuan (termasuk didalamnya tanah) secara besar-besaran menuruni lereng secara lambat hingga cepat oleh pengaruh gravitasi.
Banyak klasifikasi banyak gerak massa batuan tetapi semua itu dapat di klasifikasikan berdasarkan tipe gerakannya (lambat, cepat, dan sangat cepat), dan tipe batuan bergek (batu-batu lepas, puing batuan dan tanah) atas dasar gerakan dan tipe batuan, sharpe(1956) membagi gerak massa batuan menjadi:
a. gerakan lambat, tipe ini disebut tipe rayapan; termasuk tipe ini adalah rayapan tanah, rayapan batuan gletser, dan solifluction.
b. gerakan cepat, tipe ini disebut tipe aliran; termasuk tipe ini addalah aliran lumpur (lahar), aliran tanah (earth flow) dan aliran lumpur (mudflow).
c. gerakan sangat cepat, termasuk tipe gerakan ini disebut longsor lahan (landslide) yang terdiri dari ; jatuh bebas : rock-fall, earth fall longsoran : rockslide, earthslide, debris slide
 d. terban, yang dimaksud terban adalah jatuhnya material batuan secara vertikal tanpa adanya gerakan horizontal (subsidence).
Sebagai akibat dariproses-proses tersebut maka terbentuklah bentuk lahan asal denudasional. Adapun beberapa contoh bentuklahan  asal proses denudasional antara lain : (a). perbukita denudasional, (b) pegunungan denudasional, (c). perbukitan terisolasi, (d). nyaris dataran, (e). lereng kaki, (f). piedmont alluvial plain, (g). dinding terjal, (h). rombakan kaki lereng , (i). lahan ruakm (j). daerah dengan gerakan massa, (k). kerucut talus(kipas koluvial) dan l. Monadnock. 
1). Satuan Bentuklahan Denudasional
a). Pegunungan Denudasional
Karakteritik umum dari unit ini mempunyai topografi pegunungan dengan lereng curam hingga sangat curam  (55->140%) dengan perbedaan tinggi antara tempat terendah dan tempat tertinggi (relief) >500m. Tingkat pengikisan  (dissection) tergantung dari kondisi litologi, iklim, vegetasi penutup lahan serta proses erosi yang berkerja pada tempat tersebut. Umumnya mempunyai lembah yang dalam, berdinding terjal dan berbentuk “V” karena proses yang dominant adalah proses yang cenderung pendalaman lembah (valley deepenin).
b). Perbukitan Denudasional
Perbukitan denudasional mempunyai topografi berbukit dan bergelombang dengan lereng berkisar antara 15-<55%, dengan perbedaan tinggi (relief lokal) antara 50-<500 m. Umumnya terkikis sedang hingga kecil, tergaung pada kondisi litologi, iklim, vegetasi penutup lahan, baik alami maupun tataguna lahannya.

c). Nyaris dataran (peneplain)
Akibat dari proses denudasional yang ekerja pada pegunungan/perbukitan secara terus menerus, maka permukaan lahan pada daerah tersebut cenderung menurun ketinggiannya dan membentuk suatu permukaan yang hampir datar dan disebut nyaris dataran (peneplain). Peneplain sangat dikontrol oleh batuan penyusun bentuklahan yang mempunyai struktur berlapis (layers).  Apabila batuan penyusun tersebut massif dan mempunyai permukaan yang datar akibat proses erosi sering disebut permukaan planasi (planation surface). Kenampakan tersebut menunjukkan satuan bentuklahan tersebut berusia tua.
d). Perbukitan Sisa Terpisah/Inselberg
Apabila bagian depan dinding) suatu pegunungan/ perbukitan mundur akibat proses denudasi dan lereng kaki (footslope) bertambah lebar secara terus menerus akan meninggalkan bentuk sisa dengan lereng dinding bukit sisa yang curam. Umumnya bentuk  sisa terpisah /inselberg tersebut adalah berbatu tanpa penutup lahan  (bare rock) dan banyak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar