singalang mountain

Senin, 05 November 2012

Makalah pengangguran


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
”Let us take care of employment, employment will take care of growth.” (Mahbub Ul-Hag,1970)
Lebih dari 30 tahun lalu, Mahbub Ul-Haq, seorang ekonom kenamaan dari India,mengingatkan pentingnya fokus pada ketenagakerjaan pada setiap persoalan.
Ketenagakerjaan menyangkut banyak aspek yang tidak melulu ekonomi, tetapi juga sosial, politik, dan kebahagiaan individu secara umum. Peringatan Mahbub ini kembali bergaung saat ini ketika krisis mendera di banyak negara, termasuk Indonesia. Krisis ekonomi yang berdampak rata pada hampir semua sektor mengharuskan pengambil kebijakan untuk memilih prioritas kebijakan mengingat terbatasnya sumber daya. Prioritas yang tepat bagi Mahbub, yang juga saya amini, adalah pengatasan masalah pengangguran.
Dari literatur empiris, dampak krisis pada pengangguran di negara berkembang biasanya tidak separah seperti di negara maju di mana terdapat berbagai asuransi sosial dan perlindungan pekerja. Sebaliknya, kejatuhan nilai output akibat krisis cenderung lebih dalam di negara berkembang ketimbang negara maju.

Kejatuhan nilai output lebih dari 13% pada krisis 1997/1998 di Indonesia, misalnya, hanya diiringi kenaikan tingkat pengangguran terbuka sekitar 0,5%. Dengan kata lain, hukum Okun (Arthur Okun, 1962) yang menyatakan bahwa setiap peningkatan pengangguran akan diiringi oleh penurunan tingkat output berlipat ganda lebih menemukan aplikasinya di negara berkembang ketimbang negara maju.
Dari krisis 1997/1998, ada beberapa alasan untuk hal ini. Pertama, adanya fenomena labour hoarding di mana pengusaha cenderung menahan pekerja yang dimiliki meski ada kejatuhan permintaan. Rasio produktivitas akan menurun yang membuat output tertekan,sementara jumlah pekerja konstan.Satu hal yang disebabkan sulitnya mencari pekerja dengan skill dan keterampilan spesifik (Manning,2000).
Kedua,negara berkembang seperti Indonesia memiliki katup pengaman berupa sektor informal yang lebih luas ketimbang negara maju. Apa yang terobservasi sekadar perpindahan pekerja dari sektor formal ke sektor informal, bukannya peningkatan angka pengangguran.
Ketiga,pendapatan relatif pekerja di negara berkembang jauh lebih rendah ketimbang pekerja di negara maju.Pekerja di negara berkembang juga biasanya tidak memiliki banyak tabungan sehingga tidak bekerja bukanlah satu pilihan untuk mempertahankan keberlangsungan hidup.
Keempat, terkait dengan hal teknis statistik, pekerja yang terkena PHK akan berhenti mencari kerja dan memilih untuk melakukan hal lain seperti kembali bersekolah atau sekadar mengurus rumah tangga. Dengan kata lain, mereka berhenti menjadi angkatan kerja dan tidak terhitung secara statistik sebagai pengangguran.
Akan tetapi, kecenderungan ini agaknya tidak akan berlanjut. Berbagai estimasi,termasuk dari ILO dan INDEF,menunjukkan akan terdapat peningkatan jumlah penganggur antara 650.000 sampai dengan 1 juta orang pada 2009. Ini belum termasuk tambahan jumlah penganggur dari pekerja Indonesia di luar negeri yang menurut estimasi Migrant Care berkisar 500.000 sampai dengan 1 juta orang.
Dengan kata lain, merujuk pada angka angkatan kerja pada 2008, akan terdapat peningkatan angka pengangguran antara 1–2% pada 2009. Data-data awal juga mengindikasikan keseriusan persoalan yang ada. Badan Litbang Depnakertrans, misalnya, menunjukkan sudah terdapat sekitar 90.000 orang yang akan atau sudah terkena PHK hingga akhir Januari 2009 pada sektor formal. Ledakan pengangguran pada sektor formal dipastikan akan berdampak pada sektor informal serta mengikis pendapatan riil pekerja.
Mereka yang diberhentikan pada sektor formal akan pindah bekerja pada sektor informal dan mengakibatkan penurunan produktivitas yang menekan tingkat upah. Kondisi ini akan mengamplifikasi gejala informalisasi pasar kerja yang sudah terjadi selama lima tahun terakhir.Pada saat ini, sekitar dua pertiga dari pekerja bekerja di sektor informal yang umumnya minim perlindungan dan memiliki produktivitas rendah.
Melemahnya permintaan akibat krisis global akan meningkatkan rasio pekerja informal. Informalisasi pasar kerja juga akan mempertimpang distribusi pendapatan domestik. Padahal, angka ketimpangan yang diukur oleh koefisien Gini sesungguhnya sudah memprihatinkan karena tertinggi selama hampir 30 tahun terakhir.
Untuk mengatasi dampak krisis global kali ini diperlukan dua strategi sekaligus. Dalam jangka pendek, satu strategi diperlukan untuk membantu yang mereka terkena atau bakal terkena PHK di sektor formal.Implementasi dari strategi ini bisa dilakukan dengan memperluas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) atau Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang saat ini hanya diperuntukkan bagi masyarakat miskin dan hampir miskin. PNPM, misalnya, menyediakan latihan kerja bagi para penganggur untuk memperoleh keterampilan/skill baru yang memfasilitasi transisi mereka yang terkena PHK pindah bekerja ke sektor lain.
Demikian pula,program food for work atau cash for work harus juga menyentuh mereka yang terkena PHK. Pada saat sama, KUR bisa digunakan sebagai modal mereka yang terkena PHK untuk memulai usaha kecil. Perluasan PNPM dan KUR dalam jangka pendek selain meringankan beban masyarakat kecil, juga akan menopang daya beli dan konsumsi nasional sehingga tingkat pertumbuhan nasional domestik juga akan turut tertopang. Pada saat sama, strategi lain yang lebih bersifat jangka menengah dan panjang diperlukan untuk membenahi sektor ketenagakerjaan formal. Pekerjaan rumah yang lama terbengkelai adalah peninjauan ulang berbagai peraturan yang melingkupi pasar kerja. Berbagai kekakuan pasar kerja dan birokrasi penetapan upah yang bersumber dari berbagai peraturan ini harus disederhanakan.
B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.      Faktor apa yang mempangaruhi terjadinya pengangguran ?
2.      Apa penyebab terjadinya pengangguran di Indonesia ?
3.      Bagaimana mengatasi terjadinya pengangguran ?

C.    Tujuan Masalah
Dari rumusan masalah di atas maka tujuan masalah yang akan capai adalah :
1.      Untuk mengetahui pengertian pengangguran dari berbagai pakar
2.      Untuk mengetahui dampak dari pengangguran bagi perekonomian di Indonesia.
3.      Untuk mencari solusi bagaimana mengatasi pengangguran di Indonesia.
D.    Manfaat
Setelah mempelajari makalah ini maka dapat diperoleh beberapa manfaat sebagai berikut :
1.      Mencari solusi bagaimana mengantisipasi terjadinya pengangguran besar-besaran di Indonesia.
2.      Mengetahui dampak terjadinya pengangguran yang terjadi pada di Indonesia.
3.      Mengambil tindakan secepat mungkin untuk menghindari penambahan pengangguran yang terjadi saat ini.
4.      Mengantisipasi diri jangan sampai turut menjadi pengangguran.








BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.    Pengertian Pengangguran
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah "pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.
B.     Sebab-sebab terjadinya pengangguran  
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pengganguran   adalah sebagai berikut:
1.      Besarnya Angkatan Kerja Tidak Seimbang dengan Kesempatan Kerja
Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar daripada kesempatan kerja yang tersedia. Kondisi sebaliknya sangat jarang terjadi.
2.      Struktur Lapangan Kerja Tidak Seimbang
3.      Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak seimbang
Apabila kesempatan kerja jumlahnya sama atau lebih besar daripada angkatan kerja, pengangguran belum tentu tidak terjadi. Alasannya, belum tentu terjadi kesesuaian antara tingkat pendidikan yang dibutuhkan dan yang tersedia. Ketidakseimbangan tersebut mengakibatkan sebagian tenaga kerja yang ada tidak dapat mengisi kesempatan kerja yang tersedia.
4.      Meningkatnya peranan dan aspirasi  Angkatan Kerja Wanita dalam seluruh struktur Angkatan Kerja Indonesia
5.      Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Kerja antar daerah tidak seimbang
 C . Jenis-jenis Pengangguran
1.      Pengangguran Friksional / Frictional Unemployment
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran pekerjaan.
  1. Pengangguran Struktural / Structural Unemployment
Pengangguran struktural adalah keadaan di mana penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.

  1. Pengangguran Musiman / Seasonal Unemployment
Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiaan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus nganggur. Contohnya seperti petani yang menanti musim tanam, tukan jualan duren yang menanti musim durian.
  1. Pengangguran Siklikal
Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar