Senin, 05 November 2012

TANAH DAN PROSES PEMBENTUKAN TANAH

Tanah adalah akumulasi tubuh alam yang menempati sebagian besar permukaan bumi yang berasal dari bahan organik dan anorganik. Tanah mampu menumbuhkan tanaman dan mempunyai sifat – sifat sebagai akibat dari pengaruh iklim.

Tanah dipandang sebagai suatu benda alam yang terdiri dari bahan – bahan anorganik yang disebut mineral dan didapat dari batuan yang telah mengalami pelapukan. Bahan – bahan anorganik ini terdiri dari sisa – sisa makhluk hidup yang telah lapuk.

Berubahnya bahan – bahan anorganik dan bahan organik menjadi butir – butir tanah disebabkan oleh beberapa faktor, yakni :
1. Pemanasan matahari pada siang hari dan pendinginan pada malam hari;
2. Batuan yang sudah retak, pelapukan dipercepat oleh air;
3. Akar tumbuh – tumbuhan dapat memecah batu – batuan sehingga hancur;
4. Binatang – binatang kecil seperti cacing tanah, rayap dan sebagainya yang membuat lubang dan menghancurkan batuan;
5. Pemadatan dan tekanan pada sisa – sisa zat organik akan mempercepat terbentuknya tanah.


·         JENIS-JENIS TANAH DI INDONESIA

Tanah di Indonesia dibedakan menjadi 8 jenis tanah, yaitu : tanah podzolit, tanah organosol, tanah aluvial, tanah kapur, tanah vulkanis, tanah pasir, tanah humus, dan tanah laterit.
NO
JENIS TANAH
TERJADINYA
SIFATNYA
PERSEBARANNYA
1
Tanah Podzolit merah
kuning
Terjadi dari pelapukan batuan yang mengandung kwarsa pada
iklim basah dengan curah hujan
2500 - 3500 mm/tahun
Basah jika terkena air
Pegunungan di Nusa Tenggara
2
Tanah Organosol
Terjadi dari bahan induk organik seperti gambut dan rumput rawa pada iklim basah dengan curah
hujan lebih dari 2500 mm/tahun
Tanah masih tertutup hutan rawa gambut dan rumput rawa
Pasang surut timur sumatra, pantai Kalimantan bagian barat
3
Tanah Aluvial
Dari endapan lumpur yang dibawa melalui sungai – sungai
Subur
Sumatra bagian timur, Jawa bagioan utara, Kalimantan bagian selatan
4
Tanah Kapur
Dari batuan kapur yang umumnya terdapat di pegunungan kapur berumur tua
Tidak subur
Pegunungan Kendung, Blora,
Pegunungan Sewu
5
Tanah Vulkanis
Dari pelapukan batuan- batuan vulkanis, baik dari lava/ batu yang membeku (Effusif) maupun dari abu vulkanis yang membeku
Sangat baik dan subur
Jawa, Bali, Sumatra, Wilayah yang memiliki gunung berapi
6
Tanah Pasir
Dari batu pasir yang telah melapuk
Kurang subur
Pantai barat Sumatra Barat, Jawa Timur, Sulawesi dan Yogyakarta
7
Tanah Humus
Tanah yang terjadi dari tumbuh- tumbuhan yang telah membusuk
Sangat subur
Kawasan Hutan Indonesia
8
Tanah Laterit
Tanah yang banyak mengandung zat besi dan alumunium
Tidak subur
Jakarta, Banten, Kalimantan Barat, Pacitan



HORISON TANAH

Lapisan-lapisan dalam penampang tanah, biasanya hampir sejajar dengan permukaan tanah, tiap lapisan mempunyai karakteristik yang berbeda sebagai hasil proses perkembangan tanah.
Horison-horison Penyusun Tanah :

Horison O
- Utamanya dijumpai pada tanah-tanah hutan yang belum terganggu.
- Merupakan horison organik yang terbentuk di atas lapisan tanah mineral
- Horison organik merupakan tanah yang mengandung bahan organik > 20% pada seluruh penampang tanah, tanah mineral biasanya kandungan bahan organik kurang dari 20% karena sifat-sifatnya didominasi oleh bahan mineral.
Ada 2 jenis horison O yaitu :
O1 : bentuk asli sisa-sisa tanaman masih terlihat.
O2 : bentuk asli sisa-sisa tanaman tidak terlihat.

Horison A
- Merupakan horison di permukaan
- Merupakan campuran bahan organik dan bahan mineral.
- Merupakan horison eluviasi (pencucian).
Ada 3 jenis horison A, antara lain :
A1 : bahan mineral campur dengan humus dan berwarna gelap.
A2 : horison dimana terjadi pencucian (aluviasi) maksimum terhadap liat Fe, Al dan bahan organik.
A3 : horison peralihan A ke B, lebih menyerupai A

Horison B
- horison iluviasi (penimbunan) dari bahan-bahan yang tercuci di atasnya (liat, Fe, Al, bahan organik)
Ada 3 Jenis Horison B, yaitu :
B1 : peralihan dari A ke B, lebih menyerupai B
B2 : penimbunan (iluviasi) maksimum liat, Fe dan Al oksida, kadang-kadang bahan organik
B3 : peralihan B ke C, lebih menyerupai B.

Horison C
Bahan induk dan sedikiit terlapuk.

Horison D atau R
Batuan keras yang belum terlapuk.

.horison O umumnya hanya terdapat pada tanah-tanah hutan yang belum mengalami gangguan manusia. Sebagian besar tanah tidak mempunyai horison A2, karena tidak terjadi proses pencucian yang hebat selama pembentukan tanah. Seringkali tanah hanya mempunyai horison A dan C, utamanya pada tanah yang baru berkembang.

Proses perkembangan tanah adalah berkembangnya fase pembentukan tanah setelah masa pelapukan batuan dan atau dekomposisi bahan organik. Berdasarkan pada kondisi tanah tersebut maka perkembangannya dapat dibagi menjadi 2 (dua) fase :
  1. Fase pembentukan horizon-horizon utama tanah.
Pada fase ini peranan semua faktor pembentuk tanah menjadi sangat penting. Secara sistematis fase pembentukan horizon-horizon utama ini dapat dibagi menjadi beberapa tahap sebagai berikut :
a.       Tahap Pembentukan Horizon C.
Tahap pembentukan Horizon C yaitu tahap pelapukan batuan menjadi tanah mineral, sebagai akibat dari efek komponen iklim terhadap batuan. Efek iklim ini mempengaruhi sifat fisik dan kimia batuan sehingga sifat dan atau kimia batuan terubah menjadi tanah mineral dengan indikator terbentuk Horizon C sebagai  satu-satunya horizon. Horozon C dapat juga berasal dari translokasi dan deposisi bahan atau lapisan (horizon) tanah yang tererosi dari lain tempat yang disebut dengan bahan coluvium dan aluvium laut dan sungai.

b.      Tahap pembentukan Horizon O dan atau Pertumbuhan Vegetasi.
Pada tahap ini terjadi pertumbuhan vegetasi di ats horozon C kemudian mati atau melepas sisa-sisa bagian tanaman yang mati, tertimbun di permukaan atau kemudian terdekomposisi menjadi humus atau tetap berupa seresah. Timbunan ini membentuk horizon O (organik) atau H (histik). Bahan organik dapat berasal dari sisa atau vegetasi yang tumbuh di atas horizon C tersebut atau berasal dari tempat lain.
Dengan demikian Horizon O ialah horizon timbunan bahan organik, berwarna gelap bila sudah terdekomposisi, terdapat dan terlihat adanya jaringan tumbuhan dan umumnya terletak di permukaan tanah, berstruktur lepas atau gembur (remah).
c.       Tahap Pembentukan Horizon A.
Horozon A terbentuk dari hasil percampuran antara tanah mineral dengan bahan organik yang dapat dilakukan oleh:
–        Organisme tanah (dekomposisi dan mineralisasi serta metabolisme)
–        Manusia (pengolahan tanah dan pemupukan).
–        Proses alam lainya.
Ada korelasi positif antara tebalnya horizon O dan A, dengan banyaknya organisme tanah. Semakin mudah bahan organik tersebut dikomposisi dan dimineralisasi dan semakin banyak organisme tanah maka semakin tebal horizon A. Dengan demikian Horizon A ialah horizon permukaan tanah mineral yang berwarna gelap atau kehitaman, berstruktur gembur (crumb), bertekstur sedang hingga kasar, berpori makro lebih banyak daripada pori mikro (poros), konsistensinya lepas-lepas hingga agak teguh, mempunyai batas horizon cukup jelas dengan horizon yang ada di atas atau dibawahnya, terdapat banyak perakaran dan krotovinasi (lubang cacing atau bekas akar yang mati, yang telah terisi oleh bahan lain selain matrik tanahitu sendiri).

d.      Tahap Pembentukan Horizon B.
Horizon B adalah sub horizon tanah yang terbentuk dari adanya pencucian (elluviasi) koloid liat dan atau koloid organik pada horizon A hingga terbentuk horizon Albik (E) kemudian ditimbun pada horizon yang ada dibawahnya (illuviasi)
Dengan demikian Horizon B ialah horizon tanah dibawah permukaan (sub horizon) bertekstur gumpal atau prismatik atau tiang (kolumnar) berwarna lebih merah dari horizon lainnya. Berkonsistensi teguh hingga sangat teguh, berwarna lebih merah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar