Jumat, 09 November 2012

MODEL VON THUNEN



Johann heinrich von thunen seorang ekonom dan tuan tanah di jerman menulis buku berjudul der isolierta staat in beziehung auf land wirtschaft pada tahun 1826, ia mengupas tentang perbedaan loksi dari berbagai kegiatan pertanian atas dasar perbedaan sewa tanah ( pertimbangan ekonomi ). Von thunen membuat asumsi sebagai berikut.
1. Wilayah analisis bersifat terisolir (isolated state) sehingga tidak terdapat pengaruh pasar dari kota lain.
2. Tipe pemukiman adalah padat dipusat wilayah (pusat pasar) dan makin kurang padat apabila menjauh dari pusat wilayah
3. Seluruh wilayah model memiliki iklim , tanah , dan topografi yang seragam
4. Pasilitas pengangkutan adalah primitive (sesuai dengan zaman) dan relative seragam. Ongkos ditentukan oleh berat barang yang dibawa
5. Kecuali perbedaan jarak pasar , semua factor alamiah yang mempengaruhi penggunaan tanah adalah seragam dan konstan:

Perkembangan teori von thunen adalah selain harga tanah tinggi dipusat kota dan akan makin menurun apabila makin menjauh dari pusat kota : harga tanah adalah tinggi pada jalan-jalan utama (akses keluar kota) dan akan makin rendah bila menjauh dari jalan utama. Makin tinggi kelas jalan utama itu , makin mahal sewa tanah disekitarnya.
Dalam teori von Thunen ini, terdapat beberapa asumsi yang sudah tidak relevan lagi, diantaranya adalah :
1.Jumlah Pasar
Di daerah pengamatan tidak hanya ada 1 market centre, tetapi 2 pusat dimana petani dapat menjual komoditinya.
2.Topografis
Kondisi Topografi dan kesuburan tanah tidak selalu sama, pada dasarnya kondisi ini selalu berbeda untuk tiap-tiap wilayah pertanian. Jadi untuk hasil pertanian yang akan diperoleh juga akan berbeda pula.
3.Biaya Transportasi
Keseragaman biaya transportasi ke segala arah dari pusat kota yang sudah tidak relevan lagi, karena tergantung dengan jarak pemasaran dan bahan baku, dengan kata lain tergantung dengan biaya transportasi itu sendiri (baik transportasi bahan baku dan distribusi barang).
4.Petani tidak semata-mata ‘profit maximization’
Petani yang berdiam dekat dengan daerah perkotaan mempunyai alternative komoditas pertanian yang lebih banyak untuk diusahakan. Sedangkan petani yang jauh dari perkotaan mempunyai pilihan lebih terbatas.
Ada beberapa asumsi tentang pengantar teori lokasi tersebut yang dihubungkan pada beberapa kasus. Misalnya, penglokasian dalam kaitannya dengan penjabaran teori penggunaan lahan dalam struktur keruangan, perbandingan antara ruang 3 dimensi dan lahan 2 dimensi (Kohl). Lahan sebagai sumber kekayaan yang berhubungan dengan popolasi dan urban growth (Henry George). Sewa dan kegunaan dalam kaitannya dengan model-model penggunaan lahan ( A. Marshall).
Analisis keruangan adalah analisis lokasi yang menitik beratkan pada tiga unsur jarak (distance), kaitan (interaction) dan gerakan (movement), tujuan dari analisis keruangan adalah untuk menentukan kondisi eksisting yang ada sudah sesuai dengan struktur keruangan, dan menganalisa interaksi antar unit keruangan yaitu hubungan antara ekonomi dan interaksi keruangan, aksesibilitas suatu wilayah untuk dijangkau, dan hambatan interaksi, hal ini didasarkan oleh adanya tempat-tempat (kota) yang menjadi pusat kegiatan bagi tempat-tempat lain, serta adanya hirakri diantara tempat-tempat tersebut. Yang kita kenal dengan hirarki ruang perkotaan yaitu dimulai dari hinterland, peri urban, lalu metropolitan centre (sebagai pusat kegiatan).
Untuk menganalisis dan memecahkan masalah interaksi keruangan seperti menganalisis penggunaan lahan antara pusat kota dengan perumahan penduduk, perbedaan nilai lahan antara kota besar dengan kota kecil, analisis terhadap perpindahan populasi, corak migrasi, pola perjalanan bisnis dan commercial travel serta pertukaran informasi dan barang, semua itu dapat dianalisis dengan mempergunakan Model Gravitasi, karena daerah dianggap sebagai massa dan hubungan antar daerah dipersamakan dengan hubungan antar massa (Gamatjaya, 2008).
 Dalam pola keruangan factor penting yang harus dipertimbangkan adalah system transportasi dan sangat penting peranannya dalam menunjang proses perkembangan suatu wilayah. Pada pola keruangan akan dibahas tentang lokasi juga karena lokasi menjadi factor utama penentu pola keruangan yang akan terbangun ataupun yang telah terbangun.
Analisis pola keruangan dalam aplikasi nya secara riil dapat kita ambil contoh dalam model pola ruang grid menerus, radial konsentris, radial tidak menerus, radial menerus, dan linier. Contoh kasus yang dapat kita ambil contohnya yaitu pola ruang di kota New York yang berupa pola grid menerus, dengan pola penataan ruang perkotaan seimbang secara vertical maupun horizontal dan membentuk pola grid.
.
Sebagai contoh, di daerah A memiliki beberapa kawasan yang memiliki kegunaan yang berbeda, ada yang sebagai kawasan hinterland, peri urban dan metropolitan centre, seorang developer ingin membangun kawasan perindustrian, dalam hal ini dibutuhkan analisis lokasi yang tepat berdasarkan factor kelayakan lokasi dan interaksi lokasi tersebut terhadap ekosistem yang ada. Untuk membangun kawasan industry daerah peri-urban merupakan daerah yang baik, karena terdapat akses yang memadai, untuk memasarkan produksinya, industry tersebut dapat hemat waktu mendistribusikan komoditinya ke sentral perdagangan/metropolitan area. Dan dalam kaitannya dengan pemeliharaan lingkungan, daerah peri-urban merupakan daerah yang aman sebagai kawasan industri karena berada di dekat hinterland yang merupakan kawasan tidak tercemar yang dapat menetralisir limbah industry tersebut. Dalam hal ketersediaan bahan baku produksi, kawasan hinterland merupakan pemasok utamanya. Selain menghemat waktu, dan biaya produksi maupun transportasi, lokasi yang tepat akan berdampak pada perkembangan keuntungan produksi industry tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar