A.
Timah
putih
Timah merupakan logam dasar terkecil yang
diproduksi, yaitu kurang dari 300.000 ton per tahun, apabila dibandingkan
dengan produksi aluminium sebesar 20 juta ton per tahun. Timah putih merupakan
unsur langka, kelimpahan rata-rata pada kerak bumi sekitar 2 ppm, dibandingkan
dengan seng yang mempunyai kadar rata-rata 94 ppm, tembaga 63 ppm dan timah hitam
12 ppm. Sebagian besar (80%) timah putih dunia dihasilkan dari cebakan letakan
(aluvial), sekitar setengah produksi dunia berasal dari Asia Tenggara. Mineral
ekonomis penghasil timah putih adalah kasiterit (SnO2), meskipun sebagian kecil
dihasilkan juga dari sulfida seperti stanit, silindrit, frankeit, kanfieldit
dan tealit .
Asal mula timah di Indonesia adalah di daerah jalur
timah yang membentang dari Pulau Kundur sampai Pulau Belitung dan sekitarnya
diawali dengan adanya intrusi granit yang berumur ± 222 juta tahun pada Trias
Atas. Magma bersifat asam mengandung gas SnF4, melalui proses pneumatolitik
hidrotermal menerobos dan mengisi celah retakan, dimana terbentuk reaksi: SnF4
+ H2O -> SnO2 + HF2 .
Cebakan bijih timah merupakan asosiasi mineralisasi
Cu, W, Mo, U, Nb, Ag, Pb, Zn, dan Sn. Busur metalogenik terbentuknya timah 100
- 1000 km. Terdapat tiga tipe kelompok asosiasi mineralisasi timah putih, yaitu
stanniferous pegmatites, kuarsa-kasiterit dan sulfida-kasiterit . Urat
kuarsa-kasiterit, stockworks dan greisen terbentuk pada batuan beku granitik
plutonik, secara gradual terbentuk stanniferous pegmatites yang ke arah dangkal
terbentuk urat kuarsa-kasiterit dan greisen . Urat berbentuk tabular atau tubuh
bijih berbentuk lembaran mengisi rekahan atau celah .
Tipe kuarsa-kasiterit dan greisen merupakan tipe
mineralisasi utama yang membentuk sumber daya timah putih pada jalur timah yang
menempati Kepulauan Riau hingga Bangka-Belitung. Jalur ini dapat dikorelasikan
dengan “Central Belt” di Malaysia dan Thailand . Mineral utama yang terkandung
di dalam bijih timah berupa kasiterit, sedangkan pirit, kuarsa, zirkon,
ilmenit, galena, bismut, arsenik, stibnit, kalkopirit, xenotim, dan monasit
merupakan mineral ikutan (http://www.tekmira.esdm.go.id). Timah putih dalam
bentuk cebakan dijumpai dalam dua tipe, yaitu cebakan bijih timah primer dan
sekunder.
Gambar: Singkapan cebakan timah putih primer tipe
urat kuarsa-kasiterit, di Pulau Singkep
1. Kegunaan
Penggunaan
timah untuk paduan logam telah berlangsung sejak 3.500 tahun sebelum masehi,
sebagai logam murni digunakan sejak 600 tahun sebelum masehi. Kebutuhan timah
putih dunia setiap tahun sekitar 360.000 ton. Logam timah putih bersifat
mengkilap, mudah dibentuk dan dapat ditempa (malleable), tidak mudah teroksidasi
dalam udara sehingga tahan karat. Kegunaan timah putih di antaranya untuk
melapisi logam lainnya yang berfungsi mencegah karat, bahan solder, bahan
kerajinan untuk cendera mata, bahan paduan logam, casing telepon genggam.
Selain itu timah digunakan juga pada industri farmasi, gelas, agrokimia,
pelindung kayu, dan penahan kebakaran.
Timah
merupakan logam ramah lingkungan, penggunaan untuk kaleng makanan tidak
berbahaya terhadap kesehatan manusia. Kebanyakan penggunaan timah putih untuk
pelapis/pelindung, dan paduan logam dengan logam lainnya seperti timah hitam
dan seng. Konsumsi dunia timah putih untuk pelat menyerap sekitar 34% untuk
solder 31%.
2. Potensi
Potensi
timah putih di Indonesia tersebar sepanjang kepulauan Riau sampai Bangka
Belitung, serta terdapat di daratan Riau (Gambar 2) yaitu di Kabupaten Kampar
dan Rokan Ulu. Sumber daya timah putih yang telah diusahakan merupakan cebakan
sekunder, baik terdapat sebagai tanah residu dari cebakan primer, maupun
letakan sebagai aluvial darat dan lepas pantai.
Gambar .
Jalur sebaran timah putih
Endapan
aluvial darat mempunyai pola sebaran memanjang mengikuti lembah sungai yang
masih aktif maupun sungai purba, menerus ke arah lepas pantai membentuk pola
yang menunjukkan arah dispersi dari cebakan primer tertranspot melalui media
air, membentuk endapan aluvial darat menerus ke arah lepas pantai. Pola sebaran
memanjang mengikuti lembah aluvial daratan menerus ke arah lepas pantai, dengan
komponen penyusun umumnya mengandung kerikil sampai berangkal kuarsa memberikan
gambaran akan kemungkinan terbentuk pada saat susut laut .
Harga
timah putih yang sangat rendah pada akhir tahun 1980an sampai pertengahan
1990an mengakibatkan sebagian wilayah usaha pertambangan ditutup, dengan
menyisakan sumber daya yang masih signifikan untuk saat ini kembali diusahakan.
Potensi sumber daya timah putih masih sangat prospektif untuk diusahakan, baik
timah pada endapan in-situ yang belum pernah dimanfaatkan, maupun yang
terkandung pada tailing tambang lama.
Penambangan
timah putih lepas pantai, selama ini menggunakan kapal keruk yang mempunyai
kapasitas dapat menjangkau kedalaman 15-50 meter . Sumber daya timah putih
dengan sebaran berada pada kedalaman dari permukaan air lebih dari 50 meter
atau kurang dari 15 meter tidak tertambang. Penggunaan kapal hisap yang
mempunyai kapasitas dapat menjangkau kedalaman lebih dari 50 meter memberikan
peluang untuk mengusahakan endapan timah putih lepas pantai tersebut. Selain
itu endapan pada lepas pantai yang dangkal kurang dari 15 meter dapat
diusahakan oleh masyarakat atau untuk pertambangan sekala kecil. Mengingat hal
tersebut, maka aktifitas eksplorasi untuk mendapatkan sumber daya timah putih
khususnya endapan lepas pantai kembali marak dilakukan akhir-akhir ini
.
Gambar .
Kapal eksplorasi untuk pengeboran cebakan timah aluvial di lepas pantai Dabo
Kadar
timah terendah ekonomis (cut off grade) pada tahun 2007 untuk endapan timah
aluvial pada kisaran kadar 0.01% Sn, atau cebakan bijih timah primer dengan
kadar sekitar 0.1% Sn (http://sn-tin.info/production.html). Akan tetapi dengan
kecenderungan harga yang terus meningkat disertai konsumsi dunia yang meningkat
juga, mengakibatkan cut off grade (COG) cenderung menurun, oleh karena itu
sumber daya timah dengan kadar rendah yang pada masa lalu tidak ekonomis
diusahakan, dapat menjadi cadangan yang mempunyai nilai ekonomi. Peningkatan
jumlah status sumber daya menjadi cadangan tersebut dapat memberikan peluang
pengembangan cebakan timah yang pada beberapa
wilayah telah dilakukan pengakhiran tambang.
Pada
neraca Pusat Sumber Daya Geologi, tahun 2007, tercatat sumber daya timah putih
berupa bijih sebesar 4.037.304 ton, atau dalam bentuk logam 622.626 ton,
cadangan bijih mempunyai nilai ekonomi 543.796 ton, atau berupa logam 442.763
ton. Potensi tersebut terdapat pada daerah-daerah penghasil timah utama
meliputi Bangka, Belitung, Kundur dan Kampar. Sedangkan perkembangan
akhir-akhir ini dengan kegiatan eksplorasi yang semakin intensif, temuan sumber
daya timah akan meningkat.
Mineral
yang terkandung di dalam bijih timah berupa kasiterit sebagai mineral utama,
pirit, kuarsa, zircon, ilmenit, plumbum, bismut, arsenik, stibnit, kalkopirit,
kuprit, senotim, dan monasit merupakan mineral ikutan. Mineral-mineral ikutan
pada bijih timah akan terpisahkan pada proses pengolahan, sehingga berpotensi
menjadi produk sampingan.
3. Penambangan
Penambangan
timah putih dilakukan dengan beberapa cara, yaitu semprot, penggalian dengan
menggunakan excavator, atau menggunakan kapal keruk untuk penambangan endapan aluvial
darat yang luas dan dalam serta endapan timah lepas pantai. Penggunaan kapal
keruk terutama dilakukan oleh PT Timah, yang banyak melakukan penambangan
cebakan timah aluvial lepas pantai. Kapal keruk dapat beroperasi untuk
penambangan cebakan timah aluvial lepas pantai yang berada pada kedalaman
sekitar 15 meter sampai dengan 50. Penambangan menggunakan cara semprot
dilakukan terutama pada endapan timah aluvial darat dengan sebaran tidak luas
dan relatif dangkal.
Penambangan
dengan menggunakan shovel/excavator dilakukan untuk menggali cebakan timah
putih tipe residu, yang merupakan tanah lapukan bijih primer, umumnya berada
pada lereng daerah perbukitan .
Gambar . Bekas penggalian tanah residu mengandung timah putih, tidak
direklamasi, Pulau Singkep
Penambangan
oleh masyarakat umumnya dilakukan dengan cara semprot. Banyak juga penambangan
dalam sekala kecil terdiri dari satu atau dua orang, menggunakan peralatan
sangat sederhana berupa sekop, saringan dan dulang, seperti penambangan oleh
masyarakat di lepas pantai timur Pulau Singkep menggunakan sekop dengan panjang
sekitar 2,5 meter, dan dilakukan pada saat air laut surut.
Gambar :Pendulangan pasir timah, dan penambangan menggunakan sekop
(titik-titik kehitaman di kejauhan), lepas pantai timur Pulau Singkep
Penambangan
banyak dilakukan pada wilayah bekas tambang dan sekitarnya. Bahkan tailing yang
semula dianggap sudah tidak ekonomis, kembali diolah untuk dimanfaatkan
kandungan timah putihnya. Penambangan oleh masyarakat di lepas pantai selain
menggunakan peralatan manual sederhana, menggunakan juga pompa hisap dan perahu
.
Gambar : Penambangan
timah pada areal telah direklamasi dan di lepas pantai
B.
Bauksit
Bauksit merupakan bahan yang
heterogen, yang mempunyai mineral dengan susunan terutama dari oksida
aluminium, yaitu berupa mineral buhmit (Al2O3H2O) dan mineral gibsit (Al2O3
.3H2O). Secara umum bauksit mengandung Al2O3 sebanyak 45-65%, SiO2 1-12%, Fe2O3
2-25%, TiO2 >3%, dan H2O 14-36%. Bauksit merupakan kelompok mineral
aluminium hidroksida yang dalam keadaan murni berwarna putih atau kekuningan.
Bahan galian yang ditambang dengan
menggunakan shovel ini, pabila dicampur dengan bahan mineral lain, semisal
chrome, baja, atau nikel, menghasilkan aluminium yang sangat bagus (Alloy).
Aluminium ini tahan panas, kuat namun lentur dan mudah dibentuk. Untuk,
onderdil otomotif, perkapalan dan industri pesawat terbang, menggunakan bauksit
secara massif.
Bijih bauksit terjadi di daerah
tropika dan subtropika dengan memungkinkan pelapukan sangat kuat. Bauksit
terbentuk dari batuan sedimen yang mempunyai kadar Al nisbi tinggi, kadar Fe
rendah dan kadar kuarsa (SiO2) bebasnya sedikit atau bahkan tidak mengandung
sama sekali. Batuan tersebut (misalnya sienit dan nefelin yang berasal dari
batuan beku, batu lempung, lempung dan serpih. Batuan-batuan tersebut akan mengalami
proses lateritisasi, yang kemudian oleh proses dehidrasi akan mengeras menjadi
bauksit. Bauksit dapat ditemukan dalam lapisan mendatar tetapi kedudukannya di
kedalaman tertentu. Potensi dan cadangan endapan bauksit terdapat di Pulau
Bintan, Kepulauan Riau, Pulau Bangka, dan Pulau Kalimantan.
Bauksit yang terkandung di bumi
nusantara, jenis mineralnya adalah gibsit, dengan kadar utama alumina, kuarsa,
dan silika aktif. Biji bauksit laterit terjadi di daerah tropis dan sub tropis
serta membentuk perbukitan landai, yang memungkinkan terjadinya pelapuk yang
cukup kuat. Bauksit terbentuk dari batuan yang mempunyai kadar aluminium
tinggi, kadar Fe rendah dan sedikit kadar kuarsa bebas.
Batuan yang memenuhi persyaratan itu antara lain nepelin syenit dan sejenisnya yang berasal dari batuan beku, batuan lempung/ serpih. Batuan itu akan mengalami proses laterisasi (proses pertukaran suhu secara terus menerus sehingga batuan mengalami pelapukan).
Batuan yang memenuhi persyaratan itu antara lain nepelin syenit dan sejenisnya yang berasal dari batuan beku, batuan lempung/ serpih. Batuan itu akan mengalami proses laterisasi (proses pertukaran suhu secara terus menerus sehingga batuan mengalami pelapukan).
Gambar
: penambangan bauksit
Untuk menggali bauksit, dilakukan dengan
metode land clearing (mengupas pohon dan semak di permukaan tanah, atau
pengupasan tanah penutup). Alat-alat berat macam buldozer, biasa dipakai untuk
melakukan pengupasan tersebut. Sementara lapisan bijih bauksit digali dengan
shovel, diangkut dengan dump truck untuk dimasukan ke dalam instalasi
pencucian. Setelah dicuci (desliming) yang berfungsi memisahkan bijih bauksit
dari unsur lain seperti pasir atau lempung kotor, maka dilakukan proses
penyaringan (screening).
Bersamaan dengan itu dilakukan pemecahan
(size reduction) dari butiran-butiran yang berukuran lebih dari 3 inchi dengan
jaw cruscher. Setelahnya, barulah memasukai tahap pengolahan dengan proses
bayer (teknik pemurnian bauksit)
C.
Tembaga
Tembaga (Cu) mempunyai sistim
kristal kubik, secara fisik berwarna kuning dan apabila dilihat dengan
menggunakan mikroskop bijih akan berwarna pink kecoklatan sampai keabuan.
Unsur tembaga terdapat pada hampir
250 mineral, tetapi hanya sedikit saja yang komersial. Pada endapan sulfida
primer, kalkopirit (CuFeS2) adalah yang terbesar, diikuti oleh kalkosit (Cu2S),
bornit (Cu5FeS4), kovelit (CuS), dan enargit (Cu3AsS4). Mineral tembaga utama
dalam bentuk deposit oksida adalah krisokola (CuSiO3.2HO), malasit
(Cu2(OH)2CO3), dan azurit (Cu3(OH)2(CO3)2). Umumnya bijih tembaga di Indonesia
terbentuk secara magmatik. Pembentukan endapan magmatik dapat berupa proses hidrotermal
atau metasomatisme.
Logam tembaga digunakan secara luas
dalam industri peralatan listrik. Kawat tembaga dan paduan tembaga digunakan
dalam pembuatan motor listrik, generator, kabel transmisi, instalasi listrik
rumah dan industri, kendaraan bermotor, konduktor listrik, kabel dan tabung
coaxial, tabung microwave, sakelar, reaktifier transsistor, bidang
telekomunikasi, dan bidang-bidang yang membutuhkan sifat konduktivitas listrik
dan panas yang tinggi, seperti untuk pembuatan tabung-tabung dan klep di pabrik
penyulingan.
Menurut data tahun 2005, Chili
merupakan penghasil tembaga terbesar di dunia, disusul oleh AS dan Indonesia.
Tembaga dapat ditambang dengan metode
tambang terbuka
dan tambang
bawah tanah. Potensi tembaga terbesar yang
dimiliki Indonesia terdapat di Papua. Potensi lainnya menyebar di Jawa Barat,
Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan.
Sedang tambang tembaga terbesar
di Indonesia adalah yang diusahakan PT
Freeport Indonesia
di area Grasberg, Papua. Freeport juga mengoperasikan beberapa tambang bawah
tanah besar, meski dengan kemampuan produksi yang masih berada di bawah
Grasberg. Saat ini Grasberg ditambang dengan metode tambang terbuka. Namun
karena bukaan yang semakin dalam, sekitar tahun 2015, cara penambangan akan
diubah menjadi tambang bawah tanah. Jika semua terwujud, tambang bawah tanah
Grasberg akan menjadi salah satu yang terbesar.
D.
Timah
hitam
Timah hitam ( Pb ) merupakan logam
lunak yang berwarna kebiru-biruan atau abu-abu keperakan dengan titik leleh
pada 327,5°C dan titik didih 1.740°C pada tekanan atmosfer. Senyawa Pb-organik
seperti Pb-tetraetil dan Pb-tetrametil merupakan senyawa yang penting karena
banyak digunakan sebagai zat aditif pada bahan bakar bensin dalam upaya
meningkatkan angka oktan secara ekonomi. Pb tetraetil dan Pb tetrametil
berbentuk larutan dengan titik didih masing-masing 110°C dan 200°C.
Karena daya penguapan kedua senyawa tersebut
lebih rendah dibandingkan dengan daya penguapan unsur-unsur lain dalam bensin,
maka penguapan bensin akan cenderung memekatkan kadar P-tetraetil dan
Pb-tetrametil. Kedua senyawa ini akan terdekomposisi pada titik didihnya dengan
adanya sinar matahari dan senyawa kimia lain diudara seperti senyawa holegen
asam atau oksidator.
1.
Sumber
Distribusi
Pembakaran Pb-alkil sebagai zat
aditif pada bahan bakar kendaraan bermotor merupakan bagian terbesar dari
seluruh emisi Pb ke atmosfer berdasarkan estimasi skitar 80–90% Pb di udara
ambien berasal dari pembakaran bensin tidak sama antara satu tempat dengan
tempat lain karena tergantung pada kepadatan kendaraan bermotor dan efisiensi
upaya untuk mereduksi kandungan pb pada bensin. Penambangan dan peleburan
batuan Pb di beberapa wilayah sering menimbulkan masalah pencemaran
Tingkat kontaminasi Pb di udara dan
air sekitar wilayah tersebut tergantung pada jumlah Pb yang diemisikan tinggi
cerobong pembakaran limbah topopgrafi dan kondisi lokal lainnya. Peleburan Pb
sekunder, penyulingan dan industri senyawa dan barang-barang yang mengandung
Pb, dan insinerator juga dapat menambah emisi Pb ke lingkungan. Karena batubara
seperti juga mineral lainnya (batuan dan sedimen) pada umumnya mengandung Pb
kadar rendah, maka kegiatan berbagai industri yang terutama menghasilkan besi
dan baja peleburan tembaga dan pembakaran batubara, harus dipandang sebagai
sumber yang dapat menambah emisi Pb ke udara
Penggunaan pipa air yang mengandung
Pb dirumah tangga terutama pada daerah yang kesadahan airnya rendah (lunak)
dapat menjadi sumber pemajanan Pb pada manusia. Demikian juga didaerah dengan
banyak rumah tua yang masih menggunakan cat yang mengandung Pb dapat menjadi
sumber pemajanan Pb.
2. Dampak terhadap Kesehatan
Pemajanan
Pb dari industri telah banyak tercatat tetapi kemaknaan pemajanan di
masyarakatvluas masih kontroversi, Kadar Pb di alam sangat bervariasi tetapi
kandungan dalam tubuh manusia berkisar antara 100–400 mg. Sumber masukan Pb
adalah makanan terutama bagi mereka yang tidak bekerja atau kontak dengan Pb .
Diperkirakan
rata-rata masukkan Pb melalui makanan adalah 300 ug per hari dengan kisaran
antara 100–500 mg perhari. Rata-rata masukkan melalui air minum adalah 20 mg
dengan kisaran antara 10–100 mg. Hanya sebagian asupan (intake) yang diabsorpsi
melalui pencernaan. Pada manusia dewasa absorpsi untuk jangka panjang berkisar
antara 5–10% bila asupan tidak berlebihan kandungan Pb dalam tinja dapat untuk
memperkirakan asupan harian karena 90% Pb dikeluarkan dengan cara ini.
Kontribusi Pb di udara terhadap absorpsi oleh tubuh lebih sulit diperkirakan.
Distribusi
ukuran partikel dan kelarutan pb dalam partikel juga harus dipertimbangkan
biasanya kadar pb di udara sekitar 2 mg/m3 dan dengan asumsi 30% mengendap
disaluran pernapasan dan absorpsi sekitar 14 mg/per hari. Mungkin perhitungan
ini bisa dianggap terlalu besar dan partikel Pb yang dikeluarkan dari kendaraan
bermotor ternyata bergabung dengan filamen karbon dan lebih kecil dari yang
diperkirakan walaupun agregat ini sangat kecil (0,1 mm) jumlah yang tertahan di
alveoli mungkin kurang dari 10%. Uji kelarutan menunjukkan bahwa Pb berada
dalam bentuk yang sukar larut.
Hampir
semua organ tubuh mengandung Pb dan kira-kira 90% dijumpai di tulang, kandungan
dalam darah kurang dari 1% kandungan dalam darah dipengaruhi oleh asupan yang
baru (dalam 24 Jam terakhir) dan Oleh pelepan dari sistem rangka. Manusia
dengan pemajanan rendah mengandung 10–30 mg Pb/100 g darah Manusia yang
mendapat pemajanan kadar tinggi mengandung lebih dari 100 mg/100 g darah
kandungan dalam darah sekitar 40 mg Pb/100g dianggap terpajan berat atau
mengabsorpsi Pb cukup tinggi walau tidak terdeteksi tanda-tanda keluhan
keracunan.
Terdapat
perbedaan tingkat kadar Pb di perkantoran dan pedesaan wanita cenderung
mengandung Pb lebih rendah dibanding pria, dan pada perokok lebih tinggi
dibandingkan bukan perokok. Gejala klinis keracunan timah hitam pada individu
dewasa tidak akan timbul pada kadar Pb yang terkandung dalam darah dibawah 80
mg Pb/100 g darah namun hambatan aktivitas enzim untuk sintesa haemoglobin
sudah terjadi pada kandungan Pb normal (30–40 mg). Timah Hitam berakumulasi di
rambut sehingga dapat dipakai sebagai indikator untuk memperkirakan tingkat
pemajanan atau kandungan Pb dalam tubuh Anak-anak merupakan kelompok risiko
tinggi. Menelan langsung bekas cat yang mengandung Pb merupakan sumber
pemajanan, selain emisi industri dan debu jalan yang berasal dari lalu lintas
yang padat.
Mungkin keracunan Pb ada juga hubungannya
dengan keterbelakangan mental tetapi belum ada bukti yang jelas. Senyawa Pb
organik bersifat neurotoksik dan tidak menyebabkan anemia. Hampir semua
Pb–tetraetil diubah menjadi Pb Organik dalam proses pembakaran bahan bakar
bermotor dan dilepaskan ke udara. Pengaruh Pb dalam tubuh belum diketahui benar
tetapi perlu waspada terhadap pemajanan jangka panjang Timah Hitam dalam tulang
tidak beracun tetapi pada kondisi tertentu bisa dilepaskan karena infeksi atau
proses biokimia dan memberikan
gejala keluhan garam Pb tidak bersifat karsiogenik terhadap manusia.
gejala keluhan garam Pb tidak bersifat karsiogenik terhadap manusia.
Gangguan
kesehatan adalah akibat bereaksinya Pb dengan gugusan sulfhidril dari protein
yang menyebabkan pengendapan protein dan menghambat pembuatan haemoglobin,
Gejala keracunan akut didapati bila tertelan dalam jumlah besar yang dapat
menimbulkan sakit perut muntah atau diare akut. Gejala keracunan kronis bisa
menyebabkan hilang nafsu makan, konstipasi lelah sakit kepala, anemia,
kelumpuhan anggota badan, Kejang dan gangguan penglihatan.
3. Pengendalian
v Pencegahan
·
Sumber
Tidak Bergerak (benda mati)
a. Memasang scruber pada cerobong asap.
b.Memodfikasi pada proses pembakaran.
·
Manusia
Apabila kadar timah hitam dalam
udara ambien telah melebihi baku mutu (2 ug/Nm3 dengan waktu pengukuran 24 jam)
maka untuk mencegah dampak kesehatan dilakukan upaya-upaya :
a. Menggunakan alat pelindung diri
seperti masker.
b. Mengurangi aktifitas diluar rumah.
v Penanggulangan
a. Memperbaiki alat yang rusak
b. Bila terjadi keracunan maka lakukan
:
· Pemberian pengobatan.
· Kirim segera ke rumah sakit atau
puskesmas terdekat.
E.
Seng
Seng (bahasa Belanda: zink) adalah unsur kimia dengan lambang
kimia Zn,. Ia merupakan unsur pertama golongan 12 pada tabel periodik. Beberapa
aspek kimiawi seng mirip dengan magnesium. Hal ini
dikarenakan ion kedua unsur ini berukuran hampir sama.. Seng merupakan unsur
paling melimpah ke-24 di kerak Bumi. Bijih seng yang
paling banyak ditambang adalah sfalerit (seng sulfida).
Kuningan, yang
merupakan campuran aloi tembaga dan seng, telah lama digunakan paling tidak
sejak abad ke-10 SM. Logam seng tak murni mulai diproduksi secara besar-besaran
pada abad ke-13 di India, manakala logam ini masih belum di kenal oleh bangsa
Eropa sampai dengan akhir abad ke-16. Kimiawan Jerman Andreas Sigismund Marggraf umumnya
dianggap sebagai penemu logam seng murni pada tahun 1746. Karya Luigi Galvani dan Alessandro Volta berhasil
menyingkap sifat-sifat elektrokimia seng pada tahun 1800. Pelapisan seng pada
baja untuk mencegah perkaratan merupakan aplikasi utama seng. Aplikasi-aplikasi
lainnya meliputi penggunaannya pada baterai dan aloi. Terdapat berbagai jenis
senyawa seng yang dapat ditemukan, seperti seng karbonat dan seng glukonat (suplemen makanan), seng klorida (pada deodoran), seng pirition (pada sampo anti ketombe), seng sulfida (pada cat berpendar), dan seng metil
ataupun seng dietil di laboratorium organik.
Seng merupakan
zat mineral esensial yang sangat penting bagi tubuh.
Terdapat sekitar dua milyar orang di negara-negara berkembang yang kekurangan
asupan seng. Defisiensi ini juga dapat menyebabkan banyak penyakit. Pada
anak-anak, defisiensi ini menyebabkan gangguan pertumbuhan, memengaruhi
pematangan seksual, mudah terkena infeksi, diare, dan setiap tahunnya
menyebabkan kematian sekitar 800.000 anak-anak di seluruh dunia. Konsumsi seng yang berlebihan dapat
menyebabkan ataksia, lemah lesu,
dan defisiensi tembaga.
Dalam bahasa sehari-hari,
seng juga dimaksudkan sebagai pelat seng yang digunakan sebagai bahan bangunan.
1.
Sifat fisik
Seng merupakan logam yang berwarna putih kebiruan,
berkilau, dan bersifat diamagnetik. Walau
demikian, kebanyakan seng mutu komersial tidak berkilau.[2] Seng sedikit
kurang padat daripada besi dan berstruktur kristal heksagonal.Lehto 1968, hal. 826.
Logam ini keras dan rapuh pada kebanyakan suhu, namun
menjadi dapat ditempa antara 100 sampai dengan 150 °C. Di atas 210 °C, logam ini kembali menjadi
rapuh dan dapat dihancurkan menjadi bubuk dengan memukul-mukulnya. Seng juga
mampu menghantarkan listrik. Dibandingkan dengan logam-logam lainnya, seng
memiliki titik lebur (420 °C) dan tidik didih (900 °C) yang relatif
rendah. Dan sebenarnya pun, titik lebur seng merupakan yang terendah di antara
semua logam-logam transisi selain raksa dan kadmium.
Terdapat banyak sekali aloi yang
mengandung seng. Salah satu contohnya adalah kuningan (aloi seng dan
tembaga). Logam-logam
lainnya yang juga diketahui dapat membentuk aloi dengan seng adalah aluminium, antimon, bismut, emas, besi, timbal, raksa, perak, timah, magnesium, kobalt, nikel, telurium, dan natrium. Walaupun seng maupun zirkonium tidak bersifat
feromagnetik, aloi ZrZn2
memperlihatkan feromagnetisme di bawah suhu 35 K.
2.
Keberadaan
Kadar komposisi
unsur seng di kerak bumi adalah sekitar 75 ppm (0,007%). Hal ini menjadikan
seng sebagai unsur ke-24 paling melimpah di kerak bumi. Tanah
mengandung sekitar 5–770 ppm seng dengan rata-ratanya 64 ppm.
Sedangkan pada air laut kadar sengnya adalah 30 ppb dan pada atmosfer kadarnya
hanya 0,1–4 µg/m3.
Unsur ini
biasanya ditemukan bersama dengan logam-logam lain seperti
tembaga dan timbal dalam bijih logam. Seng diklasifikasikan sebagai kalkofil,
yang berarti bahwa unsur ini memiliki afinitas yang rendah terhadap oksigen dan lebih suka
berikatan dengan belerang. Kalkofil
terbentuk ketika kerak bumi memadat di bawah kondisi atmosfer bumi awal yang
mendukung reaksi reduksi. Sfalerit, yang merupakan salah satu bentuk
kristal seng sulfida, merupakan bijih logam yang paling
banyak ditambang untuk mendapatkan seng karena ia mengandung sekitar 60-62%
seng.
Mineral lainnya
juga mengandung seng meliputi smithsonit (seng karbonat), hemimorfit (seng silikat), wurtzit (bentuk seng sulfida lainnya), dan hidrozinkit. Terkecuali wurtzit, kesemua mineral
ini terbentuk oleh karena proses cuaca seng sulfida primordial.
Total
keseluruhan kandungan seng di seluruh dunia adalah sekitar 1,8 gigaton. Hampir
sekitar 200 megatonnya dapat diperoleh secara ekonomis pada tahun 2008.
Kandungan besar seng dapat ditemukan di Australia, Kanada, dan Amerika Serikat.
Berdasarkan laju konsumsi seng sekarang ini, cadangan seng diperkirakan akan
habis antara tahun 2027 sampai dengan 2055. Sekitar 346 megaton seng telah ditambang
sepanjang sejarahnya sampai dengan tahun 2002. Selain itu, diperkirakan pula
sekitar 109 megatonnya masih digunakan.
F. Bismuth
Bismut adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Bi dan nomor atom 83. Logam dengan kristal trivalen ini memiliki sifat kimia
mirip dengan arsen dan antimoni. Dari semua jenis logam, unsur ini
paling bersifat diamagnetik dan merupakan unsur kedua setelah raksa yang memiliki konduktivitas termal terendah. Senyawa bismut bebas timbal sering digunakan sebagai bahan kosmetik dan dalam bidang medis.
Di antara logam berat lainnya, bismut tidak berbahaya
seperti unsur-unsur tetangganya seperti Timbal, Thallium, dan Antimoni.
Dulunya, bismut dikenal sebagai elemen dengan isotop yang stabil, namun
sekarang diketahui bahwa itu tidak benar. Tidak ada material lain yang lebih
natural diamaknetik dibandingkan bismut.Bismut mempunyai ketahanan listrik yang
tinggi.Ketika terbakar dengan oksigen, bismut terbakar dengan nyala yang
berwarna biru.
Bismut( berasal dari bahasa latin bisemutun, dari
bahasa Jerman Wismuth)Pada awalnya membingungkan dengan timah dan timbal
dimana dia mempunyai kemiripan dengan elemen itu.Basilius akhirnya menjelaskan
sebagian sifatnya di tahun 1450.Claude Francois Geoffroy menunjukkan di tahun
1753 bahwa logam ini berbeda dengan timbal.
Di dalam kulit bumi, bismut kira-kira 2 kali lebih
berlimpah daripada emas.Biasanya tidak ekonomis bila menjadikannya sebagai
tambang utama.Melainkan biasanya diproduksi sebagai sampingan pemrosesan biji
logam lainnya misalnya timbal, tungsten dan campuran logam lainnya. Bismut
oxychloride digunakan dalam bidang kosmetik dan bismut subnitrate and
subcarbonate digunakan dalam bidang obat-obatan.
- Magnet
permanen yang kuat bisa dibuat dari campuran bismanol (MnBi)
- Bismut
digunakan dalam produksi besi lunak
- Bismut
sedang dikembangkan sebagai katalis dalam pembuatan acrilic fiber
- Bismut
telah digunakan dalam peyolderan, bismut rendah racun terutama untuk
penyolderan dalam pemrosesan peralatan makanan.
- Sebagai
bahan lapisan kaca keramik
G. Antimon
Antimon adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Sb dan nomor atom 51. Lambangnya diambil dari bahasa Latin Stibium.
Antimon merupakan metaloid dan mempunyai empatalotropi bentuk. Bentuk stabil antimon adalah
logam biru-putih. Antimoni kuning dan hitam adalah logam tak stabil. Antimon
digunakan sebagai bahan tahan api, cat, keramik, elektronik, dan karet.
1.
Sifat-sifat
Antimon merupakan unsur dengan warna putih keperakan,
berbentuk kristal padat yang
rapuh. Daya hantar listrik (konduktivitas) dan panasnya lemah. Zat ini
menyublim (menguap dari fase padat) pada suhu rendah. Sebagai sebuah metaloid, antimon menyerupai logam dari penampilan fisiknya tetapi secara
kimia ia bereaksi berbeda dari logam sejati.
2.
Manfaat
Antimon dimanfaatkan dalam produksi industri semikonduktor dalam produksi diode dan detektor infra merah. Sebagai sebuah campuran, logam
semu ini meningkatkan kekuatan mekanik bahan. Manfaat yang paling penting dari
antimon adalah sebagai penguat timbal untuk batere. Kegunaan-kegunaan lain adalah
campuran antigores, korek api, obat-obatan, dan pipa.
Oksida dan sulfida
antimon, sodium antimonat, dan antimon triklorida digunakan dalam pembuatan
senyawa tahan api, keramik, gelas, dan cat. Antimon sulfida alami (stibnit) diketahui telah
digunakan sebagai obat-obatan dan kosmetika dalam masa Bibel.
3.
Peringatan
Antimon dan senyawa-senyawanya adalah toksik (meracun). Secara klinis, gejala akibat keracunan antimon hampir mirip dengan
keracunan arsen. Dalam dosis
rendah, antimon menyebabkan sakit kepala dan depresi. Dalam dosis tinggi,
antimon akan mengakibatkan kematian dalam beberapa hari.
Pada temperatur tinggi, antimon
terkadang bisa mendai katalisator, membantu terurainya senyawa kimia menjadi
unsur kimia asal terutama pada senyawa yang mempunyai relatif suhu leleh tinggi
atau suhu nyala tinggi misalnya menguraikan thiner dari material anti gores
pada cat logam atau menguraikan alkohol dari cairan rem atau minyak pelumas.
4.
Senyawa antimon
H. Titan
Titan merupakan logam transisi yang
ringan, kuat, berkilau, tahan korosi
(termasuk tahan terhadap air
laut dan klorin
dengan warna putih-metalik-keperakan. Titanium digunakan dalam alloy
kuat dan ringan (terutama dengan besi
dan aluminum)
dan merupakan senyawa terbanyaknya, titanium dioksida,
digunakan dalam pigmen putih. Titan dihargai lebih mahal daripada emas
karena sifat-sifat logamnya.
Unsur
ini terdapat di banyak mineral dengan sumber utama adalah rutile dan ilmenit, yang tersebar luas di seluruh Bumi.
Ada dua bentuk alotropi dan lima isotop alami dari unsur
ini; Ti-46 sampai Ti-50 dengan Ti-48 yang paling banyak terdapat di alam
(73,8%). Sifat Titanium mirip dengan zirkonium
secara kimia maupun fisika.
Keunggulan Titan:
v Salah
satu karakteristik Titan yang paling terkenal adalah dia sama kuat dengan baja
tapi hanya 60% dari berat baja.
v Kekuatan
lelah (fatigue strength) yang lebih tinggi daripada paduan aluminium.
v Tahan
suhu tinggi. Ketika temperatur pemakaian melebihi 150 C maka dibutuhkan
titanium karena aluminium akan kehilangan kekuatannya seacara nyata.
v Tahan
korosi. Ketahanan korosi titanium lebih tinggi daripada aluminium dan baja.
v Dengan
rasio berat-kekuatan yang lebih rendah daripada aluminium, maka
komponen-komponen yang terbuat dari titanium membutuhkan ruang yang lebih
sedikit dibanding aluminium.
Aplikasi Titan:
v Militer.
Oleh karena kekuatannya, unsur ini digunakan untuk membuat peralatan perang
(tank) dan untuk membuat pesawat ruang angkasa.
v Industri.
Beberapa mesin pemindah panas (heat exchanger)dan bejana bertekanan tinggi
serta pipa-pipa tahan korosi memakai bahan titanium.
v Kedokteran.
Bahan implan gigi, penyambung tulang, pengganti tulang tengkorak, struktur
penahan katup jantung.
v Mesin.
Material pengganti untuk batang piston.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar