SEJARAH TERBENTUKNA GAW
Cikal bakal terbentuknya GAW dimulai pada tahun
1950an ketika WMO membuat suatu program monitoring senyawa-senyawa kimia renik
di atmosfer, dan juga melakukan penelitian polusi udara dari sudut pandang
meteorologi. Pada tahun 1957, didirikanlah Global Ozone Observing System
(GO3OS), yang bertanggung jawab dalam monitoring ozon. Tahun 1968, PBB
mengadakan konferensi internasional yang membahas masalah lingkungan yang
disebabkan oleh industrialisasi. Pada waktu yang hampir bersamaan, WMO membuat
badan riset lingkungan lain, yaitu Background Air Pollution Monitoring Network.
Dalam konferensi yang dilaksanakan diStockholm
tahun 1972, PBB membahas beberapa masalah lingkungan, di antaranya:
Dalam konferensi yang dilaksanakan di
- Ancaman senyawa klorofluorokarbon (CFC) di atmosfer;
- Asidifikasi danau dan hutan di Amerika Utara dan Eropa karena hujan asam;
- Pemanasan global yang diakibatkan oleh emisi gas rumah kaca.
Oleh karena itu, PBB melalui salah satu badannya,
WMO, mengusahakan untuk dibentuknya suatu program yang dapat menangani
masalah-masalah di atas. Akhirnya, pada tahun 1989, program GAW yang merupakan
kombinasi antara GO3OS dan Background Air Pollution Network diluncurkan. GAW
terdiri dari jaringan stasiun pengamatan di seluruh dunia dengan fasilitas
pendukung yang dapat menyediakan data-data atmosferik, dan juga sebagai sistem
peringatan dini terhadap perubahan komposisi kimia dan fisika di atmosfer yang
dapat menjadi permasalahan lingkungan. Permasalahan itu meliputi kondisi
lapisan ozon, konsentrasi gas rumah kaca, presipitasi kimia, dan ancaman hujan
asam.
Lebih dari 80 negara yang ikut berpartisipasi
dalam program GAW, baik untuk pengamatan berskala global, regional, atau
pendukung. Untuk skala global, hingga saat ini terdapat 28titik yang menjadi
tolok ukur dalam pengamatan kondisi atmosferik bumi. Titik-titik itu mewakili
pengamatan atmosfer dari berbagai variasi iklim dan kondisi tropografis yang
ada di bumi. Ke-28 titik tersebut antara lain Point Barrow, American Samoa,
South Pole, Mauna Loa, dan Trinidad Head (Amerika Serikat), Alert (Kanada),
Arembepe (Brazil), Ushuaia (Argentina), Ny Ålesund
(Norwegia), Pallas-Sodankylä (Finlandia), Neumayer dan
Zugspitze/Schneefernerhaus-Hohenpeiβenberg (Jerman), Jungfraujoch (Swiss), Mace
Head (Irlandia), Izaña (Spanyol), Assekrem-Tammanrasset (Aljazair), Mount Kenya
(Kenya), Cape Verde (Republik Cape Verde), Cape Point (Republik Afrika
Selatan), Amsterdam Island (Prancis), Mount Waliguan (Cina), Bukit
Kototabang (Indonesia), Danum Valley (Malaysia), Minamitorishima (Jepang),
Cape Grim (Australia), Launder (Selandia Baru), Pyramid (Nepal), dan Monte Cimone
(Italia).
1. GAW DI
INDONESIA
Pelaksanaan program GAW di Indonesia dilakukan
oleh Stasiun Pemantau Atmosfer Global yang berada di Bukit Kototabang, provinsi
Sumatera Barat. Stasiun ini merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis di bawah
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang spesifik melakukan
pengamatan kondisi kimia dan fisika atmosferik, serta parameter kualitas udara.
Stasiun ini menjadi satu-satunya stasiun referensi udara bersih di Indonesia .
2. ALASAN
PEMILIHAN BUKITKOTOTABANG.
Pemilihan Bukit Kototabang sebagai titik
pengamatan atmosfer global didasarkan oleh fakta letak geografis dan
astronomisnya. Dari semua titik pengamatan, hanya Mount
Kenya dan Bukit Kototabang yang merepresentasikan wilayah yang
hampir tepat berada di lintang 0° (garis khatulistiwa). Namun berbeda dengan Kenya yang
merupakan daerah gurun, Bukit Kototabang mewakili daerah yang memiliki hutan
hujan tropis dengan tingkat kelembaban dan curah hujan yang tinggi. Selain itu,
letak geografis Bukit Kototabang yang dekat Samudera Hindia menjadi kajian yang
menarik dari sudut pandang meteorologi.
B .
TUJUAN GLOBAL ATMOSFER WATCH ( GAW )
Stasiun Pemantau Atmosfer Global Bukit Kototabang
(Global Atmosphere Watch) terletak di pulau Sumatera , Indonesia
(0° 12′ 07″ LS – 100° 19′ 05″ BT). Stasiun ini berjarak 17 km arah Utara kota Bukittinggi
dan lebih kurang 120 km Utara kota
Padang yang
merupakan ibukota provinsi Sumatera Barat. Stasiun yang berada di area terpencil
ini terletak di daerah ekuatorial pada ketinggian 864,5 m di atas permukaan
laut dan 40 km dari garis pantai bagian Barat. Arah angin berasal dari
Selatan-Tenggara (Desember sampai Mei) atau Utara-Barat Laut (Mei sampai
Oktober). Temperatur bervariasi dari 16 sampai 25°C dengan variasi yang sangat
kecil dan kelembaban relatif biasanya lebih dari 80%. Fasilitas yang tersedia
meliputi bangunan yang cukup luas yang menyediakan ruang kantor, ruang rapat,
dan laboratorium. Di area atap seluas 300 m2, inlet udara dan
beberapa peralatan radiasi dan meteorologi dipasang. Stasiun ini dapat dicapai
dari jalan kecil yang tertutup untuk publik dan berjarak beberapa kilometer
dari sebelah Barat jalan utama antara kota
Padang dan Medan . Vegetasi yang
mengelilingi area (30 km) sebagian besar berupa hutan tropis.
Stasiun ini merupakan bagian dari sistem
monitoring dan riset yang dikoordinasi oleh World Meteorological Organization
(WMO). Secara resmi mulai beroperasi sejak tanggal 7 Desember 1996 sebagai
salah satu unit kerja dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG),
Stasiun Pemantau Atmosfer Global Bukit Kototabang merupakan salah satu stasiun
di daerah ekuatorial yang penting dalam program pengamatan atmosfer secara
global karena secara umum pengukuran kondisi atmosfer dan kualitas udara di
daerah ini sangat terbatas.
- Pengamatan Gas Rumah Kaca
- Pengamatan Kualitas Udara
- Parameter Fisis Atmosfer
Tidak ada komentar:
Posting Komentar