Proses
denudasional dimaksudkan adalah besarnya material permukaan bumi yang telepas
dan terangkut oleh berbagai tenaga geomorfologi persatuan luas dalam waktu
tertentu. proses-proses tersebut dapat berupa erosi dan gerakan massa batuan. Berdasarkan
daerah yang
ditinggalkan oleh material tersebut maupun daerah deposisi material akibat gravitasi dikenal
sebagai penomena permukaan bumi yang terdenudasi serta bentukanlahannya
dikelomlompokan dalam bentukan asal denudasional.
Kajian proses
denudasional, tidak terlepas dari pembicaraan mengenai proses-proses pelapukan (weathering), erosi dan gerak masa
batuan (mass movement), serta proses
pengendapan (sedimentation).
Pelapukan merupakan kerjasama semua proses pada batuan baik secara mekanik
maupun kimia yang mengakibatkan sebagian dari batuan tersebut menjadi
pragmen-pragmen batuan yang lebih kecil (Strahler, 1968)
. Akibat tenaga
gravitasi yang berkerja pada pragmen batuan hasil pelapukan tersebut terjadilah
suatu gerak masa batuan yang dapat berupa jatuh bebas (fall), longsoran (slide),
mengelinding (roll), rayapan (creep) aliran (flow) dari pragmen batuan tersebut menuruni lereng yang kemudian
terendapkan pada suatu yang lebih rendah.
Daerah yang ditinggalkan akan membentuk
suatu fenomena dengan topografi yang
berelief kasar akibat terbentuknya lembah-lembah yang dalam. Material endapan
akibat proses gravitasi terhadap pragmen-pragmen batuan yang heterogen sering
disebut koluvium (colluvium). Kerjasama proses-proses tersebut di atas inilah yang
membentuk suatu bentuklahan asal proses denudasional.
Umumnya
bentuk lahan ini terdapat pada daerah dengan topografi perbukitan atau gunung
dengan batuan yang lunak (akibat proses pelapikan) dan beriklim basah, sehingga
bentuk strukturnya tidak nampak lagikarena adanya gerakan massa batuan.
Pembagian bentuk lahan denudasional dapat dilakukan dengan lebih rinci dengan
mempertimbangkan : batuan, proses gerak massa yang terjadi dan morfometri.
Berbicara tentang
pelapukan maka yang di maksud dengan pelapukan adalah pecahnya batuan baik
secara desintegrasi (fisik) maupun dekomposisi (kimia). Pada proses pelapukan
ini belum terjadi adanya perpindahan partikel batuan ke temat lain. Terjadinya pelapukan tersebut maka hal ini merupakan awal
terjadinya evolusi bentuk lahan khususnya dimulai dari bentuk lereng yang membatasi
bentuk lahan tersebut. Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor utama yaitu (a) bentuk asal dari lereng utama (b). karakteristik internal lerang utama dan (c).
seluruh karakteristik lereng utama (karakteristik internal dan exsternal). Ada dua macam pendapat perkembangan lereng yang merupakan
awal berkembangnya bentuk lahan bentukan denudasional, yaitu dikemukakan oleh W. PENCK dan M.W. DAVIS. Kedua pakar geomorfologi tersebut mempunyai
konsep evolusi lereng yang berbeda satu dengan lainnya.
W. PENCK
menganggap bahwa perkembangan bentuk lahan ditandai dengan adanya proses
evolusi lereng dari tipe “Main Slope Retreat’sehingga dalam perkembangannya
kereng selalu mundur dengan besar lereng dan bentuk lereng yang tetap dan
dengan hasil akhir berupa bentuk sisa yang meruncing (Misal INSELBERG). Akan tetapi pendapat m.w
davis evolusi lereng terjadi secara “Main Slope Decline”, yakni titik
perkembangan lereng tetap, lereng lama kelamaan menjadi kecil dan memanjang
serta bentuk lereng berubah menjadi lebih panjang dan cembung. Dengan demikian
maka hasil akhir yang terjadi mempunyai bentuk berupa bukit rendah dengan
puncak membulat, dan biasanya membentuk suatu ”Naris Dataran (peneplain).
Didalam evolusi
bentanglahan menghasilkan bentuk lahan denudasional M.W Davis mengemukakan adanya 3 faktoryang mempengaruhi
bentuk lahan : (a). struktur geologi, (b). proses
geomorfologi dan (c). stadia (waktu/umur) dengan adanya faktor tersebut maka dalam evolusinya,
bentuk lahan melewati beberapa stadium : (a). Stadium Muda, lahar masih tinggi banyak dijumpai permukaan asli, lembah
dengan dinding terjal, proses evolusi yang dominan adalah erosi vertikal. (b). Stadium Dewasa, lahan mulai rendah, lembah melebar dan terjal, interfluve
membulat/ meruncing dan sempit disini terjadi”RELIEF MAKSIMUM’ yakni ketika lembah masih mempunyai pucak
dengan interfluve yang sempit, dan hanya tinggal sedikit tinggal permukaan asli
yang tidak tererosi. Pada stadium ini proses erosi yang terjadi adalah erosi
vertikal dan erosi latern. (c). Stadium
Tua, permukaan lahan menjadi rendah, dengan kemiringan kereng
landai hingga datar, sungai milai meander dan mengalir memotng dataran banjir
dan membentuk tanngul-tanngul sungai rendah, erosi dan sedimentasi dalam
keadaan seimbang (equilibrium).
Menurut M.W Davis evolusi
bentang lahan tersebut diawali dengan pengangkatan, kemudian erosi,
transportasi, kemudian mencapai base level sehingga erosi terhenti dan
membentuk bentuklahan nyaris dataran (peneplain). Bentuklahan
denudasional secara genesisnya terjadi
akibat proses denudasi yang diciran adanya gerak massa (mass movement)
yaitu proses bergeraknya puing-puing batuan (termasuk didalamnya tanah) secara
besar-besaran menuruni lereng secara lambat hingga cepat oleh pengaruh
gravitasi.
Banyak klasifikasi banyak gerak massa batuan tetapi semua itu
dapat di klasifikasikan berdasarkan tipe gerakannya (lambat, cepat, dan sangat
cepat), dan tipe batuan bergek (batu-batu lepas, puing batuan dan tanah) atas
dasar gerakan dan tipe batuan, sharpe(1956) membagi gerak massa batuan menjadi:
a. gerakan lambat, tipe ini disebut tipe rayapan; termasuk tipe ini adalah
rayapan tanah, rayapan batuan gletser, dan solifluction.
b. gerakan cepat, tipe ini disebut tipe aliran; termasuk tipe ini addalah
aliran lumpur (lahar), aliran tanah (earth flow) dan aliran lumpur (mudflow).
c. gerakan sangat cepat, termasuk tipe gerakan ini disebut longsor lahan (landslide) yang terdiri dari ; jatuh
bebas : rock-fall, earth fall longsoran : rockslide,
earthslide, debris slide
d. terban, yang dimaksud terban adalah jatuhnya material batuan
secara vertikal tanpa adanya gerakan horizontal (subsidence).
Sebagai akibat dariproses-proses tersebut maka
terbentuklah bentuk lahan asal denudasional. Adapun beberapa contoh
bentuklahan asal proses denudasional
antara lain : (a). perbukita denudasional, (b) pegunungan denudasional, (c).
perbukitan terisolasi, (d). nyaris dataran, (e). lereng kaki, (f). piedmont
alluvial plain, (g). dinding terjal, (h). rombakan kaki lereng , (i). lahan
ruakm (j). daerah dengan gerakan massa, (k). kerucut talus(kipas koluvial) dan
l. Monadnock.
1). Satuan Bentuklahan Denudasional
a). Pegunungan Denudasional
Karakteritik umum dari unit ini mempunyai
topografi pegunungan dengan lereng curam hingga sangat curam (55->140%) dengan perbedaan tinggi antara
tempat terendah dan tempat tertinggi (relief) >500m. Tingkat pengikisan (dissection) tergantung dari kondisi
litologi, iklim, vegetasi penutup lahan serta proses erosi yang berkerja pada
tempat tersebut. Umumnya mempunyai lembah yang dalam, berdinding terjal dan
berbentuk “V” karena proses yang dominant adalah proses yang cenderung
pendalaman lembah (valley deepenin).
b). Perbukitan
Denudasional
Perbukitan denudasional mempunyai topografi
berbukit dan bergelombang dengan lereng berkisar antara 15-<55%, dengan
perbedaan tinggi (relief lokal) antara 50-<500 m. Umumnya terkikis sedang
hingga kecil, tergaung pada kondisi litologi, iklim, vegetasi penutup lahan,
baik alami maupun tataguna lahannya.
c). Nyaris dataran (peneplain)
Akibat dari proses denudasional yang ekerja
pada pegunungan/perbukitan secara terus menerus, maka permukaan lahan pada
daerah tersebut cenderung menurun ketinggiannya dan membentuk suatu permukaan
yang hampir datar dan disebut nyaris dataran (peneplain). Peneplain sangat dikontrol oleh batuan penyusun
bentuklahan yang mempunyai struktur berlapis (layers). Apabila batuan
penyusun tersebut massif dan mempunyai permukaan yang datar akibat proses erosi
sering disebut permukaan planasi (planation
surface). Kenampakan tersebut menunjukkan satuan bentuklahan tersebut
berusia tua.
d). Perbukitan
Sisa Terpisah/Inselberg
Apabila bagian depan dinding) suatu pegunungan/ perbukitan mundur akibat
proses denudasi dan lereng kaki (footslope)
bertambah lebar secara terus menerus akan meninggalkan bentuk sisa dengan
lereng dinding bukit sisa yang curam. Umumnya bentuk sisa terpisah /inselberg tersebut adalah
berbatu tanpa penutup lahan (bare rock) dan banyak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar