Identifikasi Kawasan Rawan Bencana Banjir Bandang
DAS Bt. Marambuang Kabupaten
Pasaman
Muhammad Habiba,*, Rosita Dewib
amahasiswa, padang,
muhammad.habib39@yahoo.com
bmahasiswa,
padang, rosita.dewi29@ymail.com
Abstrak
Banjir bandang merupakan bencana alam yang sering terjadi di daerah
tropis.Salah satunya banjir bandang yang
terjadi di Jorong
Simpang Tigo, Kenagarian Simpang, Kecamatan Simpang Alahan Mati, Kabupaten
Pasaman
tepatnya pada Daerah Aliran Sungai Batang Marambuang Kabupaten Pasaman
pada tanggal 22 Februari 2012.Penyebab banjir bandang pada daerah ini adalah
longsor alami, curah hujan yang tinggi, dan penebangan liar (illegal logging) di hulu sungai.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menggambarkan bahaya,kerentanan, dan resiko bencana banjir
bandang pada daerah ini.Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan analisis
dengan metode pengharkatan (scorring)
terhadap tingkat bahaya dan kerentanan banjir bandang.Selain itu dengan
analisis System Informasi Geografi diharapkan dapat menghasilkan peta rawan
bencana banjir bandang yang selanjutnya bisa
digunakan sebagai salah satu rujukan perencanaan mitigasi bencana.
Kata kunci:DAS Bt. Marambuang, banjir bandang, metode pengharkatan (scorring), SIG
1.
Pendahuluan
Jorong Simpang Tigo, Kenagarian Simpang, Kecamatan
Simpang Alahan Mati, Kabupaten Pasaman tepatnya pada Daerah Aliran
Sungai Batang Marambuang yang berada pada daerah Kabupaten Pasaman yang
mengalami banjir bandang terletak antara
60 40’ 4” LS - 00 43’ 22” LS dan 1000 33’ 1”
BT - 1000 28’ 55” BT. Berdasarkan proses
geomorfologi dapat dikategorikan bentuk lahan yang terdapat pada wilayah tersebut adalah bentuk lahan asal proses fluvial dan
bentuklahan asal proses vulkanis. Bentuklahan
asal proses fluvial tersebar sepanjang aliran sungai, sedangkan bentuk lahan vulkanis tersebar pada perbukitan
yang ada di sekitar daerah penelitian, dengan ketinggian tempat berkisar antara
362-1710 mdpl.
Pada wilayah
ini terdapat dua jenis tanah yaitu
Andosol dan latosol, sedangkan persebaran batuan yang ada pada wilayah ini
terdapat 4 jenis batuan yaitu Qtau (aliran yang tak teruraikan), Qpt (tuf
batuapung dan andesit(basal)), Qal (alluvium), Qvga (andesit dan dasit
vesikuler). Berdasarkan topografinya, relief wilayah ini memiliki lereng yang
bervariasi mulai dari kemiringan lereng 0-45% dengan kategori mulai dari datar
hingga agak curam, sedangkan penggunaan lahan pada wilayah ini meliputi
pemukiman, sawah dan hutan.
Dari hasil penelitian yang ada pada kanagarian simpati
itu sendiri dapat diketahui bahwa longsor yang terjadi pada kanagarian ini
ialah Untuk
jenis longsoran yang diakibatkan oleh bahan rombakan,
Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air.
Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume dan tekanan air, dan
jenis materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang lembah dan mampu mencapai
ratusan meter jauhnya. Di beberapa tempat bisa sampai ribuan meter seperti di
daerah aliran sungai di sekitar gunung api. Aliran tanah ini dapat menelan
korban cukup banyak. Dan juga jenis
longsoran rotasi di mana jenis ini merupakan bergeraknya massa tanah dan batuan
pada bidang gelincir berbentuk cekung, atau pada jenis longsoran ini memiliki
ciri-ciri: membentuk setengah lingkaran, memiliki lapisan batuan kulit bawang,
terjadi pada lapisan permeable dan impermeable. Untuk setiap longsor yang
terjadi pengaruh utama atau penyebab longsor itu hampir sama setiap prosesnya .
untuk bahaya longsor yang terjadi pada kanagarian simpang ini bisa dipengaruhi
oleh: curah hujan yang cukup tinggi di wilayah ini, penyinaran cahaya matahari,
dekat dengan garis khatulistiwa, sudut datang dan sudut lereng terhadap
matahari
Untuk setiap proses longsor yang terjadi umumnya disebabkan
karena proses alami, proses alami ini terjadi dikarenakan curah hujan yang
tinggi di wilayah tersebut sehingga terjadi longsor pada setiap perbukitan yang
ada. Dikarenakan proses alami tidak meruntuhkan semua material yang ada pada
perbukitan tersebut mengakibatkan dilakukannya pemotongan lereng. Tingkat
pelapukan batuan yang terjadi pada wilayah atau titik pengamatan kedua
berkriteria lapuk kuat (sangat kuat) karena kriteria pelapukan batuan lebih
dari setengah batuan terdekomposisi dan atau terdisintegrasi pada tengah batuan
sampai seluruhnya berubah menjadi tanah. Pelapukan mekanik batuan juga
dipengaruhi oleh cuaca, iklim dan cahaya matahari. Karena tingkat pelapukan
batuan yang terjadi sangat kuat sehingga menyebabkan kriteria pelapukan tergolong
kedalam dalam.
Berdasarkan data yang diperoleh dari BMKG wilayah ini
memiliki rata-rata curah hujan 2000-2500mm dengan kategori wilayah ini memiliki
curah hujan yang tinggi. Dengan curah hujan yang tinggi ini kemungkinan akan
terjadinya banjir bandang sangat besar karena dengan tingkat longsor alamiah
yang tinggi di tambah dengan adanya penebangan liar pada hulu sungai. Pada hulu
sungai dengan topografi yang sangat kasar masyarakat setempat banyak melakukan
penebangan, dimana kalau hasil penebangannya itu jatuh ke jurang dan sulit
untuk diambil mereka membiarkan material itu jatuh ke sungai. Hal ini terjadi
dalam jangka waktu yang lama dan terjadi penumpukan material longsor dan sisa
penebangan pada hulu sungai. Ketika curah hujan tinggi dan tanah sudah jenuh
untuk menampung air maka debit sungai akan besar. Ketika material yang menumpuk
tidak sangup menahan l debit sungai yang besar maka material ini akan
hanyut terbawa arus. Hal ini yang menyebabkan terjadinya banjir bandang di Daerah
Aliran Sungai Batang, Jorong Simpang Tigo, Kenagarian Simpang, Kecamatan Simpang Alahan Mati,
Kabupaten Pasaman pada tanggal
22 Februari 2012.
Bertitik tolak dari fenomena ini, penelitian tentang
bahaya, kerentanan dan resiko banjir bandang sangat penting dilaksanakan untuk
mitigasi bencana banjir bandang pada daerah ini.
2.
Metode
Untuk
menentukan tingkat bahaya banjir bandang yang terjadi pada daerah tersebut
digunakan metode pengharkatan (scorring). Adapun untuk menentukan harkat bahaya banjir
bandang tersebut dengan menggunakan formula yang dikemukaan oleh Dibyosaputro
1999, yaitu sebagai berikut;
i
= interval
c
= jumlah harkat tertinggi
b
= jumlah harkat terendah
k
= jumlah kelas yang diingini
i = 18
Adapun
klasifikasi tingkat bahaya banjir
bandang yang diperoleh adalah sebagai berikut;
Tabel
Kriteria Banjir bandang
No
|
Harkat
|
Tingkat
Bahaya Banjir Bandang
|
1
|
16-34
|
Rendah
|
2
|
35-53
|
Sedang
|
3
|
>
54
|
Tinggi
|
Sumber;
Hasil Analisis Data
Kerentanan
Untuk
menentukan tingkat kerentanan bencana alam banjir bandang pada daerah ini
dilakukan dengan menggunakan formula yang dikemukan oleh Try Al Tanto, 2011
sebagai berikut;
Keterangan:
IK
: indeks kerentanan
a
: indeks untuk tutupan untuk suatu wilayah
b : indeks untuk jenis batuan
c : indeks untuk kemiringan
d : indeks untuk kerapatan/ kepadatan penduduk
Tabel 2.
Indeks Kerentanan
Untuk menentukan
risiko total bencana alam banjir bandang perlu diketahui aspek sosial ekonomi
setiap satuan lahan yang mencerminkan nilai kerentanan dan elemen yang berisiko
yaitu sebagai berikut;
Tabel
3. Kriteria
Penentuan Aspek Sosial Ekonomi
1. Kriteria
Penilaian Sosial Ekonomi
|
|||
Klasifikasi
|
Kerugian
Jiwa
|
Kerugian
Ekonomi (Rp)
|
Nilai
Magnitude/ Harkat
|
Ringan
|
Tanpa
|
0-10
juta
|
0,1
|
Sedang
|
0-10
|
10-100
juta
|
0,5
|
Berat
|
>10
|
>100
juta
|
1
|
2. Kriteria
Elemen yang Berisiko
|
|||
Lebih
dari 50% area berupa permukiman, ada prasarana fisik atau sosial ekonomi,
sawah, ladang, kebun, ternak
|
1
|
||
Luas
maksimum 50% area berupa permukiman, ada prasarana fisik atau sosial ekonomi, sawah, ladang, kebun,
atau hanya ada satu hingga dua aspek elemen dalam satu mintakat,
|
0,5
|
||
Mintakat
tanpa ada permukiman, prasarana fisik atau sosial ekonomi, sawah, ladang,
kebun
|
0
|
Sumber: Mardiatno, 2001
Untuk menentukan tingkat risiko
bencana alam banjir bandang digunakan formula yang dikemukakan oleh Mardiatno,
2001, dalam Triyatno, 2004 sebagai berikut:
Rt = H x V x E
Keterangan:
Rt = risiko total
H = bahaya
V= kerentanan
E = elemen yang berisiko
Analisis
risiko dilakukan dengan Geography
Information System (GIS) yaitu dengan melakukan overlay peta bahaya banjir
bandang dengan peta penggunaan lahan lokasi penelitian, serta memperhatikan
jumlah penduduk dan tipe permukiman.
3.
Referensi
Karim.Sutarman.2011.Pedoman Kuliah Lapangan Geografi Universitas
Negeri Padang.Padang:Unp Press
( UNDRO) Office of The United Nation s Disaster Relief Co -Ordinator.
1991.Mitigating Natural Disasters Phenomena, Effect, and Options : A Manual for
Policy Makers and Planners. United Nations. New York.
http://www.mediaindonesia.com/read/2012/02/02/301190/126/101/Banjir-Bandang-Pasaman-Barat-harus-Diselidiki,diakses tanggal 25 Oktober 2012
school of geography, university of leeds.2004. “ Applied GIS Spatial Analysis”.british.wiley.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar