singalang mountain

Selasa, 06 November 2012

paper Identifikasi Kawasan Rawan Bencana Banjir Bandang DAS Bt. Marambuang Kabupaten Pasaman


Identifikasi Kawasan Rawan Bencana Banjir Bandang
DAS Bt. Marambuang Kabupaten Pasaman
Muhammad Habiba,*, Rosita Dewib
amahasiswa, padang, muhammad.habib39@yahoo.com
bmahasiswa, padang, rosita.dewi29@ymail.com


Abstrak
Banjir bandang merupakan bencana alam yang sering terjadi di daerah tropis.Salah satunya  banjir bandang yang terjadi di Jorong Simpang Tigo, Kenagarian Simpang, Kecamatan Simpang Alahan Mati, Kabupaten Pasaman  tepatnya pada Daerah Aliran Sungai Batang Marambuang Kabupaten Pasaman pada tanggal 22 Februari 2012.Penyebab banjir bandang pada daerah ini adalah longsor alami, curah hujan yang tinggi, dan penebangan liar (illegal logging) di hulu sungai.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menggambarkan  bahaya,kerentanan, dan resiko bencana banjir bandang pada daerah ini.Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan analisis dengan metode pengharkatan (scorring) terhadap tingkat bahaya dan kerentanan banjir bandang.Selain itu dengan analisis System Informasi Geografi diharapkan dapat menghasilkan peta rawan bencana banjir bandang yang selanjutnya bisa  digunakan sebagai salah satu rujukan perencanaan mitigasi bencana.
Kata kunci:DAS Bt. Marambuang,  banjir bandang, metode pengharkatan (scorring), SIG




1.          Pendahuluan
Jorong Simpang Tigo, Kenagarian Simpang, Kecamatan Simpang Alahan Mati, Kabupaten Pasaman  tepatnya pada Daerah Aliran Sungai Batang Marambuang yang berada pada daerah Kabupaten Pasaman yang mengalami banjir bandang  terletak antara 60 40’ 4” LS - 00 43’ 22” LS dan 1000 33’ 1” BT - 1000 28’ 55” BT. Berdasarkan proses geomorfologi dapat dikategorikan bentuk lahan yang terdapat pada wilayah tersebut adalah bentuk lahan asal proses fluvial dan bentuklahan asal proses vulkanis.  Bentuklahan asal proses fluvial tersebar sepanjang aliran sungai, sedangkan bentuk lahan vulkanis tersebar pada perbukitan yang ada di sekitar daerah penelitian, dengan ketinggian tempat berkisar antara 362-1710 mdpl.

 Pada wilayah ini  terdapat dua jenis tanah yaitu Andosol dan latosol, sedangkan persebaran batuan yang ada pada wilayah ini terdapat 4 jenis batuan yaitu Qtau (aliran yang tak teruraikan), Qpt (tuf batuapung dan andesit(basal)), Qal (alluvium), Qvga (andesit dan dasit vesikuler). Berdasarkan topografinya, relief wilayah ini memiliki lereng yang bervariasi mulai dari kemiringan lereng 0-45% dengan kategori mulai dari datar hingga agak curam, sedangkan penggunaan lahan pada wilayah ini meliputi pemukiman, sawah dan hutan.
Dari hasil penelitian yang ada pada kanagarian simpati itu sendiri dapat diketahui bahwa longsor yang terjadi pada kanagarian ini ialah Untuk jenis longsoran yang diakibatkan oleh bahan rombakan, Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak didorong oleh air. Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume dan tekanan air, dan jenis materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang lembah dan mampu mencapai ratusan meter jauhnya. Di beberapa tempat bisa sampai ribuan meter seperti di daerah aliran sungai di sekitar gunung api. Aliran tanah ini dapat menelan korban cukup banyak. Dan juga  jenis longsoran rotasi di mana jenis ini merupakan bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung, atau pada jenis longsoran ini memiliki ciri-ciri: membentuk setengah lingkaran, memiliki lapisan batuan kulit bawang, terjadi pada lapisan permeable dan impermeable. Untuk setiap longsor yang terjadi pengaruh utama atau penyebab longsor itu hampir sama setiap prosesnya . untuk bahaya longsor yang terjadi pada kanagarian simpang ini bisa dipengaruhi oleh: curah hujan yang cukup tinggi di wilayah ini, penyinaran cahaya matahari, dekat dengan garis khatulistiwa, sudut datang dan sudut lereng terhadap matahari
Untuk setiap proses longsor yang terjadi umumnya disebabkan karena proses alami, proses alami ini terjadi dikarenakan curah hujan yang tinggi di wilayah tersebut sehingga terjadi longsor pada setiap perbukitan yang ada. Dikarenakan proses alami tidak meruntuhkan semua material yang ada pada perbukitan tersebut mengakibatkan dilakukannya pemotongan lereng. Tingkat pelapukan batuan yang terjadi pada wilayah atau titik pengamatan kedua berkriteria lapuk kuat (sangat kuat) karena kriteria pelapukan batuan lebih dari setengah batuan terdekomposisi dan atau terdisintegrasi pada tengah batuan sampai seluruhnya berubah menjadi tanah. Pelapukan mekanik batuan juga dipengaruhi oleh cuaca, iklim dan cahaya matahari. Karena tingkat pelapukan batuan yang terjadi sangat kuat sehingga menyebabkan kriteria pelapukan tergolong kedalam dalam.
Berdasarkan data yang diperoleh dari BMKG wilayah ini memiliki rata-rata curah hujan 2000-2500mm dengan kategori wilayah ini memiliki curah hujan yang tinggi. Dengan curah hujan yang tinggi ini kemungkinan akan terjadinya banjir bandang sangat besar karena dengan tingkat longsor alamiah yang tinggi di tambah dengan adanya penebangan liar pada hulu sungai. Pada hulu sungai dengan topografi yang sangat kasar masyarakat setempat banyak melakukan penebangan, dimana kalau hasil penebangannya itu jatuh ke jurang dan sulit untuk diambil mereka membiarkan material itu jatuh ke sungai. Hal ini terjadi dalam jangka waktu yang lama dan terjadi penumpukan material longsor dan sisa penebangan pada hulu sungai. Ketika curah hujan tinggi dan tanah sudah jenuh untuk menampung air maka debit sungai akan besar. Ketika material yang menumpuk tidak sangup menahan l   debit sungai yang besar maka material ini akan hanyut terbawa arus. Hal ini yang menyebabkan  terjadinya banjir bandang di Daerah Aliran Sungai Batang, Jorong Simpang Tigo, Kenagarian Simpang, Kecamatan Simpang Alahan Mati, Kabupaten Pasaman  pada tanggal 22 Februari 2012.
Bertitik tolak dari fenomena ini, penelitian tentang bahaya, kerentanan dan resiko banjir bandang sangat penting dilaksanakan untuk mitigasi bencana banjir bandang pada daerah ini.
2.          Metode
Untuk menentukan tingkat bahaya banjir bandang yang terjadi pada daerah tersebut digunakan metode pengharkatan (scorring). Adapun untuk menentukan harkat bahaya banjir bandang tersebut dengan menggunakan formula yang dikemukaan oleh Dibyosaputro 1999, yaitu sebagai berikut;
i = interval
c = jumlah harkat tertinggi
b = jumlah harkat terendah
k = jumlah kelas yang diingini
i = 18
Adapun klasifikasi tingkat  bahaya banjir bandang yang diperoleh adalah sebagai berikut;
Tabel Kriteria Banjir bandang
No
Harkat
Tingkat Bahaya Banjir Bandang
1
16-34
Rendah
2
35-53
Sedang
3
> 54
Tinggi
Sumber; Hasil Analisis Data
Kerentanan
Untuk menentukan tingkat kerentanan bencana alam banjir bandang pada daerah ini dilakukan dengan menggunakan formula yang dikemukan oleh Try Al Tanto, 2011 sebagai berikut;
Keterangan:
IK : indeks kerentanan
a : indeks untuk tutupan untuk suatu wilayah
b  : indeks untuk jenis batuan
c  : indeks untuk kemiringan
d  : indeks untuk kerapatan/ kepadatan penduduk
Tabel 2. Indeks Kerentanan
Untuk menentukan risiko total bencana alam banjir bandang perlu diketahui aspek sosial ekonomi setiap satuan lahan yang mencerminkan nilai kerentanan dan elemen yang berisiko yaitu sebagai berikut;
Tabel  3. Kriteria Penentuan Aspek Sosial Ekonomi
1. Kriteria Penilaian Sosial Ekonomi
Klasifikasi
Kerugian Jiwa
Kerugian Ekonomi (Rp)
Nilai Magnitude/ Harkat
Ringan
Tanpa
0-10 juta
0,1
Sedang
0-10
10-100 juta
0,5
Berat
>10
>100 juta
1
2. Kriteria Elemen yang Berisiko
Lebih dari 50% area berupa permukiman, ada prasarana fisik atau sosial ekonomi, sawah, ladang, kebun, ternak
1
Luas maksimum 50% area berupa permukiman, ada prasarana fisik  atau sosial ekonomi, sawah, ladang, kebun, atau hanya ada satu hingga dua aspek elemen dalam satu mintakat, 
0,5
Mintakat tanpa ada permukiman, prasarana fisik atau sosial ekonomi, sawah, ladang, kebun
0
Sumber: Mardiatno, 2001
Untuk menentukan tingkat risiko bencana alam banjir bandang digunakan formula yang dikemukakan oleh Mardiatno, 2001, dalam Triyatno, 2004 sebagai berikut:
Rt = H x V x E
Keterangan:
Rt = risiko total
H = bahaya
V= kerentanan
E = elemen yang berisiko
Analisis risiko dilakukan dengan Geography Information System (GIS) yaitu dengan melakukan overlay peta bahaya banjir bandang dengan peta penggunaan lahan lokasi penelitian, serta memperhatikan jumlah penduduk dan tipe permukiman.

3.       Referensi
Karim.Sutarman.2011.Pedoman Kuliah Lapangan Geografi Universitas Negeri Padang.Padang:Unp Press
( UNDRO) Office of The United Nation s Disaster Relief Co -Ordinator. 1991.Mitigating Natural Disasters Phenomena, Effect, and Options : A Manual for Policy Makers and Planners. United Nations. New York.

school of geography, university of leeds.2004. “ Applied GIS Spatial Analysis”.british.wiley.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar